Memang enak berusaha di Indonesia. Mungkin begitu yang ada di benak pengusaha kelompok Salim. Tersiar kabar yang dari hari ke hari semakin santer: Sudono Salim ingin menguasai lagi Bank Central Asia, yang sudah terlepas dari tangannya. Keinginan Sudono Salim itu mencuat setelah pengusaha Setiawan Djody mengaku mendapat "tekanan" untuk mundur dari proses tender BCA karena Salim ingin menguasai kembali bank tersebut.
Tentu saja, bila kabar itu benar, keinginan Salim itu mendapat penolakan dari pejabat-pejabat yang mengurusi ekonomi di negeri ini. "Ketentuan BI dalam hal ada pihak yang memiliki saham bank yang sebenarnya tidak diizinkan untuk memiliki, saham itu tidak akan diakui BI pada waktunya," kata Gubernur BI Syahril Sabirin. Penolakan serupa juga datang dari Komite Kebijakan Sektor Keuangan serta DPR.
Keinginan Salim kembali ke BCA memang masuk akal. Sebab, dengan uang sekitar Rp 5 triliun, bank gemuk dan sehat itu sudah bisa dikuasai. Sementara itu, keuntungan yang diraup BCA di tahun 2000 sekitar Rp 2 triliun dengan jumlah nasabah sekitar 8 juta yang tersebar di 795 kantor cabang di seluruh Indonesia.
Sampai saat ini, sembilan investor yang telah masuk dalam short listed itu adalah Malaysian Plantation Group yang diwakili Andalan Artha Advisindo, Konsorsium Bank Mega diwakili Bhakti Capital, Dynamic Choice diwakili Credit Agricole, dan Farallon Capital diwakili Farallon Capital. Kemudian, Konsorsium GKBI, Newbridge, Rifan dan Saratoga yang diwakili oleh GKBI Investment, Indonesia Recovery Fund Limited diwakili oleh IRCL, dan Konsorsium Berca diwakili JP Morgan Sekuritas. Sedangkan yang terakhir adalah sebuah bank asing yang belum bersedia disebut namanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini