SATU acara televisi melibatkan belasan kepala pemerintahan,
ribuan manusia berdemonstrasi di berbagai negara dan sejumlah
aktor jempolan sebagai pelaku. Diudarakan ke seluruh dunia, 31
Januari, ia diberi judul Let Poland be Poland (Biarkan Polandia
Tetap Polandia). Tujuannya mendukung gerakan buruh Solidaritas,
seperti disampaikan para kepala pemerintahan. Atau terbayang
dari penampilan para aktor Juga dari hiruk-pikuk kerumunan kaum
demonstran di berbagai negara. "Bersama semua rekan kami di
Eropa dan Amerika, kami menuntut pemimpin negara Polandia
mencabut hukum darurat perang, bebaskan para tahanan, adakan
dialog secara nasional dengan gereja dan para pemimpin terpilih
Solidaritas," seru Kanselir Jerman Barat, Helmut Schmidt, dalam
acara televisi yang disiarkan ke sekitar lima puluh negara itu.
Bernada sedikit hati-hati, Presiden Prancis Mitterrand
menyatakan ia menyetujui pertunjukan itu agar bangsa Polandia
mengetahui bahwa, perjuangan mereka didukung berjuta-juta orang
di seluruh dunia." Perdana Menteri Jepang Zenko Suzuki,
satu-satunya kepala pemerintahan di Asia yang tampil, menekankan
perlunya Barat bersatu menghadapi krisis Polandia.
Presiden Ronald Reagan, tentu, paling menonjol menyampaikan
pesannya. Pemerintahannya dengan persetujuan Kongres mensponsori
produksi Badan Komunikasi Internasional AS (USICA) itu, dengan
biaya cukup spektakuler, US$ 500.000 (sekitar Rp 325 juta).
"Kini di dunia, ada satu semangat solidaritas yang tak
terhancurkan oleh intimidasi," teriak Reagan. "Aksi-aksi kami
mendemonstrasikan rasa solidaritas kami atas rakyat Polandia.
Masalah mereka, masalah kami."
Bagaimana penerimaan masyarakat dunia atas acara itu?
Koran-koran dan siaran-siaran radio ropa menyambutnya secara
dingin, menurut The International Herald Tribune. Hanya
beberapa bagian dari 90 menit acara bersifat dokumenter itu yang
iudarakan beberapa negara, tulis koran Amerika itu. Di Prancis,
media terkemuka yang memuji cuma koran kanan Figaro. Sedang
koran kiri Liberation, meski mengritik keras keadaan darurat di
Polandia itu, menyitakan pertunjukan itu "satu siaran propaganda
yang bernada melodrama." Di Jerman Barat, hanya dua stasiun
radio menyiarkan versi singkatnya. Bahkan seorang jurubicara
stasiun ARD mengatakan, "lebih dua ratus pirsawan menelepon,
menyatakan keluhan mereka atau acara televisi itu." Sedang The
Tim, (London) menyebut di halaman mukanya: "Pertunjukan NATO."
Di AS sendiri Kritikus The Washington Post menulis, biasanya
ada peraturan yang melarang siaran domestik oleh dinas
pemerintah seperti pertunjukan Polandia itu. Tapi, katanya,
Kongres yang selalu bisa menggunakan waktu untuk ketololan
memutuskan mengenyampingkan peraturan itu.
Reaksi Uni Soviet berisi kemarahan, pahit dan sarkastik. "Ini
nyata-nyata pertunjukan televisi subversif yang gagal secara
sempurna," tulis Tass. "Dan sponsornya tak akan memanen pujian
apa pun."
Kantor berita resmi Polandia PAP menyatakan pertunjukan itu
"hipokrit dan satu propaganda yang tak akan jadi teladan."
Stasiun televisi Polandia mengudarakan siaran balasannya dengan
satu pertunjukan "Skenario dan produksioleh Ronald Reagan."
Isinya adegan kehidupan Presiden Reagan termasuk bagaimana dia
ditembak tahun lalu, dan satu diskusi politik Amerika oleh para
wartawan Polandia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini