Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Guncangan Bumbu Masak

Kisah seorang dokter yang menderita gejala hypokalemia (kadar kalium rendah) krn menelan vetsin dengan takaran yang melebihi. Pemerintah akan mencampur vitamin A kedalam vetsin untuk melawan kebutaan. (ksh)

13 Februari 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIA seorang dokter muda, 38 tahun. Tapi la risau terus, karena rasa badannya tak keruan: pegal-pegal, lemas, pusing dan nyeri di bagian pelipis. Anehnya, nafsu makannya membubung terus, sehingga tubuhnya gemuk. Gejala penyakit itu tak bisa diatasinya. Malahan tambah menjadi-jadi. Kemudian jantungnya terasa seperti dipacu setan. Berdebar kencang tak peduli karena kaget atau tidak. Mengeluarkan tenaga sedikit saja, seperti naik tangga atau bahkan berbicara cukup lama, membuat dia seperti orang mau semaput dan berkeringat dingin. Pikirannya kacau, cemas. Kalau dicobanya memusatkan pikiran, keadaannya tambah kacau lagi. Dia panik dan khawattir jangan-jangan dia akan menjadi gila. Robby, nama panggilan intim dokter itu, meminta bantuan koleganya. Tak kurang 18 dokter dari berbagai keahlian mencoba mencari penyebab gejala penyakit yang dideritanya itu. Tapi semuanya memberikan jawaban yang sama: "Anda menunjukkan gejala neurotik." Artinya merasa sakit padahal sebenarnya dia sehat-sehat saja. Karena hampir putus asa ia mulai percaya pada dukun, ketika ada yang mengatakan dia "kena guna-guna". Nasihat dukun untung tak sempat diturutinya. Karena nasihat itu berbunyi: agar dia berendam dalam tong berisi air mendidih. Sampai pada suatu malam, ketika dia mau menuliskan resep untuk pasiennya, sekonyong-konyong tangannya tak bisa digerakkan. Dia langsung diangkut ke rumahsakit. Darahnya diperiksa. Ditemukan kaliumnya cuma 3,1 meq/liter. Satu keadaan yang sangat kritis. Sebab kalau sudah turun sampai 2,8, dia tak tertolong lagi. Selama 10 hari mendekam di rumah sakit,dia banyak memakan buah-buahan yangmembuat kalium dalam darahnya naik kembali. Tetapi ketika kebiasaan lamanya diulang kembali, yaitu banyak makan di luar, jajan, gejala-gejala penyakit yang membikin senewen itu kambuh lagi. Dia mulai mencurigai kebiasaan makannya. Dan teringat pada keterangan seorang dokter yang muncul di TVRI April 1981. Dr. Iwan S. Budiarso ketika itu menjelaskan bahwa Monosodium Glutamat (MSG, disebutkan juga vetsin) yang diberikan pada anak ayam percobaan, bisa membikin lemas binatang itu setengah jam kemudian. Ketika dibedah ditemukan jantung anak ayam itu seperti disemen dan ada yang separuh ginjalnya berkapur. Ada pula yang mengalami perkapran di sendi-sendi tulang. Robby, dokter yang suka jajatl itu mengingat-ingat jumlah vetsin yang sering ditelannya bersama makanan-makanan lezat.Diam-diam,ditakarnya di rumah. Tercengang dia menemukan bahwa saban hari dia memakan kira-kira 15 gram vetsin. Jumlah yang sudah melebihi takaran yang diperkenankan badan kesehatan dunia (WHO), yaitu 6 gram/hari. "Barangkali saya sensitif terhadap MSG," kata dr. Robby kepada wartawan TEMPO Yohannes Batubara. Penderitaan dr. Robby dan kisah dia sehat kembali dimuat dalam majalah Intisari (Januari 1982). Tulisan itu mengundang banyak surat pernyataan simpati. Tetapi tak kurang banyak pula mereka yang menganggap artikel (tanpa nama pengarang) itu sebagai ilusi belaka. "Gejala-gejala yang diceritakan itu memang menunjukkan gejala hypokalemia (kadar kalium rendah)," kata Sunarto Prawirosuyanto, bekas Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan yang sekarang duduk sebagai pimpinan Federasi Industri Pengolahan Makanan. Tetapi, tak sebuah literatur pun yang pernah menyebutkan bahwa hypokalemia disebabkan oleh MSG (vetsin). Sunarto memperkirakan dr. Robby menderita diabetic acidosis (penyakit gula). Kepada TEMPO, Robby menyebutkan tulisannya di Intisari itu untuk mengugah para peneliti Indonesia menyelidiki apakah vetsin berbahaya terhadap manusia dan apakah bumbu masak itu bisa menyebabkan hypokalemia. Untuk melakukan percobaan langsung terhadap manusia, para peneliti akan terbentur pada masalah etika (takut kalau-kalau orang yang bersangkutan kecelakaan). Tapi sebuah surat yang dialamatkan kepada Intisari menyatakan si penulis menderita gejala yang sama seperti diderita Robby dan menyediakan dirinya untuk bahan percobaan. Meskipun percobaan pada manusia itu belum dilakukan, di tempat prakteknya selama 3 tahun belakangan ini dr. Robby paling tidak mencatat 150 pasien yang mengeluh dengan gejala yang mirip. Memang, sejak Dr. Iwan Budiarso mengumumkan hasil menelitiannya mengenai pengaruh MSG terhadap anak ayam, tidak pernah terdengar ada peneliti lain yang memperluas sasaran penelitian. Di Bagian Patologi Universitas Tarumanegara, Jakarta, sejak 6 bulan lalu para peneliti memang menyelenggarakan penelitian. Tetapi baru terbatas untuk menamati pengaruh MSG terhadap herat badan dan fertilitas yang dijadikan alat percobaan adalah beberapa ekor tikus. Hasilnya: setelah disuntik cairan MSG, binaung-binatang itu jadi gemuk, ekor mereka lebih pendek dan kepala, biji zakar serta vagina lebih kecil dari semestinya. Hasil penelitian di bawah pengarahan Dr. lwan Budiarso itu baru akan diumumkan 6 bulan lagi. Masalah bumbu masak ini nampaknya akan tetap menjadi bahan pertentangan pendapat. Untuk memerangi penyakit mata di antara 6,5 juta penduduk Indonesia, Departemen Kesehatan akan mencapurkan Vitamin A pada vetsin. Alasannya vetsin amat populer di kalangan penduduk (TEMPO 7 November 1981). "Tapi apakah vetsin ini memang kuda tunggangan yang baik. Selain Vitamin A yang berlebihan bisa mengakibatkan keracunan, MSG sendiri sudah terbukti di berbagai penelitian bisa mengakibatkan kerusakan retina mata," kata Iwan Budiarso. Iwan sendiri tidak anti-bumbu masak. Tapi soalnya bagaimana melindungi masyarakat agar tidak menggunakannya secara salah. "Saya kira bila dicampur dengan garam, adalah salah satu jalan yang tepat," katanya. Di Jepang, menurut Iwan, vetsin dicampur dengan garam yang populer dengan nama Aji-Shio. Pihak Depkes sendiri menganggap konsumsi per kapita vetsin di Indonesia cukup aman: 0,5 gram/hari. "Dia tidak akan membahayakan kesehatan kalau dimakan dalam jumlah yang tidak berlebihan," kata Dirjen POM, Dr. Midian Sirait. Cuma soalnya sekarang Depkes masih mencari formula agar Vitamin A yang dicampurkan ke vetsin itu tidak berlebihan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus