MUSYAWARAH nasional pengusaha real estate, REI, ternyata harus berbuntut ketidakpuasan bagi sebagian peserta. Pengusaha dari Jawa Timur, misalnya, sempat melontarkan agar diadakan Munas luar biasa lagi. Pangkalnya berasal dari Siswono Judo Husodo, Ketua Umum REI 1983-1986, yang menolak jadi ketua umum untuk periode tiga tahun lagi pada pemilihan yang berlangsung pekan lalu itu. Siswono, 43, insinyur lulusan ITB yang dikenal membangun Grup Bangun Tjipta Sarana sejak 1971, ternyata masih populer. Pada pemilihan formatir pengurus baru, Siswono meraih 208 suara disusul Ferry Sonneville dengan 115 suara, dan Mohammad Hidayat dengan 103 suara. Ketiga formatir yang dipimpin Siswono itu -- untuk "meregenerasikan" pengurus -- ternyata kemudian menunjuk Ferry Sonneville, 55, sebagai ketua umum periode 1986-1989. Ferry, kabarnya, dicalonkan para pengusaha dari Jakarta. Tapi ternyata hanya separuh yang mencalonkannya dari jumlah anggota di DKI Jakarta yang tercatat lebih dari 200. Ferry memang pernah sukses mengembangkan perumahan mewah Tomang City Garden, Bintaro Mulya, Kemanggisan, tapi kini mandek di Gunung Putri. Ia tidak sepenuhnya didukung Jakarta, karena dilihat kurang berhasil memimpin organisasi lain. Pemilik PT Ferry Sonneville & Co. itu, sebetulnya, sudah aktif dalam beberapa kepengurusan REI, tapi umumnya menangani bidang luar negeri, sehingga tidak populer di kalangan pengusaha daerah. Namun, dengan mundurnya Siswono, orang mulai melihat kelebihannya. Sarjana Sekolah Tinggi Ekonomi Rotterdam, Belanda, itu luwes dalam bernegosiasi. Juga punya jalinan dengan organisasi internasional seperti Bank Dunia. Sebagai sariana ekonomi, ia diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi REI dewasa ini, terutama masalah keuangan. Ferry membantah kalau pengurus baru telah diarahkan Menteri Urusan Perumahan. "Pak Cosmas Batubara hanya diminta pendapatnya -- sebagai Ketua Dewan Pembina pada tingkat final," katanya. Pokoknya, sudah final.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini