GEDUNG boleh gosong, tapi semangat harus tetap utuh. Rupanya, prinsip itu yang dipegang manajemen Sarinah. Buktinya, kendati gedung utamanya di Jalan Thamrin, Jakarta, terbakar dua tahun lalu dan hingga saat ini rehabilitasinya belum rampung -- Selasa pekan ini Sarinah membuka cabang baru di New York. Menilik gedungnya di 4 East 54 Street Middletown NY, berlantai lima dengan luas seribu meter persegi, Sarinah tampaknya tidak sekadar iseng. Direktur utamanya Ansar Sudirman, berkata, "Dibanding dengan Jepang, misalnya, New York memiliki potensi pasar yang bagus untuk barang-barang eceran." Itu sebabnya, meskipun di kota yang jauh lebih gemerlap dibanding Jakarta, jenis barang yang akan dijajakan di New York tidak jauh berbeda dengan yang dijajakan di Indonesia. Di lantai satu, misalnya, ditampilkan barang-barang kebutuhan rumah tangga, barang-barang kerajinan, buku-buku tentang Indonesia, dan barang kelontong lainnya. Sedangkan lantai dua dan lantai tiga diisi tekstil, batik, pakaian jadi, dan aneka mebel yang sebagian besar terbuat dari rotan. Menurut Ansar, jenis ini dipilih berdasar pengamatan lewat serangkaian misi dagang dan pameran. "Jenis-jenis itu akan diganti kalau ada perubahan selera pasar," ujarnya. Agaknya, sebagian ambisi Ansar untuk meraih pasar Amerika bisa kesampaian. Seperti kata Menteri Perdagangan Rachmat Saleh yang meresmikan pembukaan cabang Sarinah kesembilan itu, "Promosi ekspor ke Amerika harus dikonsentrasikan pada sektor garmen dan tekstil, karena keduanya memiliki daya saing yang kuat," ujarnya. Buka4 hanya itu, beberapa jenis makanan produk Indonesia yang memenuhi standar kualitas Amerika juga diharapkan bisa meramaikan pasar. Kalau saja apa yang diincar itu benar, tidaklah sia-sia Sarinah membekal US$ 400 ribu ke negeri orang. Budi Kusumah, Laporan Toriq Hadad (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini