Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Maroef Sjamsoeddin resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama MIND ID, holding BUMN sektor pertambangan, menggantikan Hendi Prio Santoso. Maroef akan menaungi lima industri pertambangan, yakni PT Antam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Bukit Asam Tbk, PT Inalum, dan PT Timah Tbk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penunjukan ini menarik perhatian publik karena latar belakang Maroef yang merupakan adik dari Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin. Selain itu, kiprahnya di dunia pertambangan serta TNI menjadikannya memiliki rekam jejak yang luas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Maroef Sjamsoeddin adalah purnawirawan TNI Angkatan Udara (TNI AU) dengan pangkat terakhir Marsekal Muda. Ia berasal dari Korps Pasukan Khas (Paskhas) dan merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1980.
Karier Militer dan Intelijen
Selama bertugas di TNI AU, Maroef pernah menjadi Komandan Skuadron 465 Paskhas, yang kini dikenal sebagai Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat). Ia juga sempat ditugaskan sebagai Atase Pertahanan Indonesia di Brasil.
Di bidang intelijen, Maroef menduduki sejumlah posisi strategis di Badan Intelijen Negara (BIN). Ia pernah menjabat sebagai Direktur Kontra Separatis, Staf Ahli Pertahanan dan Keamanan (Hankam) BIN, hingga Wakil Kepala BIN periode 2011-2014.
Beralih ke Sektor Korporasi
Setelah pensiun dari militer dan intelijen, Maroef bergabung dengan PT Freeport Indonesia (PTFI). Ia ditunjuk langsung oleh Chairman of the Board Freeport-McMoRan, James Robert Moffett, untuk menjadi Presiden Direktur PTFI pada Januari 2015, menggantikan Rozik Boedioro Soetjipto. Namun ia hanya menjabat selama satu tahun dan mengundurkan diri pada Januari 2016.
Maroef juga mengantongi gelar Master of Business Administration (MBA) dari Jakarta Institute of Management Studies.
Skandal "Papa Minta Saham"
Saat memimpin Freeport, Maroef terseret dalam skandal "Papa Minta Saham" yang melibatkan mantan Ketua DPR RI Setya Novanto dan pengusaha minyak Riza Chalid. Ia merekam pertemuan dengan Setya Novanto dan Riza Chalid di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, pada 8 Juni 2015. Dalam pertemuan itu, Setya dan Riza disebut meminta jatah 20 persen saham Freeport serta 49 persen saham pembangkit listrik yang akan dibangun perusahaan di Papua.
Rekaman itu kemudian diserahkan kepada Menteri ESDM saat itu, Sudirman Said, yang melaporkan Setya Novanto ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI. Skandal ini menjadi salah satu kasus besar yang mengguncang dunia politik Indonesia.
Vindry Florentin, Sultan Abdurrahman, Melynda Dwi Puspita berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Di Balik Penunjukan Maroef Sjamsoeddin Memimpin MIND ID