BENARKAH besarnya pajak merupakan rahasia perusahaan? Tidak bagi
pengusaha Haji Thayeb Mohammad Gobel. Dengan gaya seperti meniup
sangkakala kemenangan, 12 Juli yang lalu di Jakarta Hilton Hotel
yang mewah, Gobel mengumumkan: "Gobel Group membayar lunas pajak
1979 sebesar Rp 8 milyar."
Jumlah besar itu (naik Rp 3 milyar dibandingkan dengan tahun
lalu) bukan saja menunjukkan sedikit grafik perusahaan itu, yang
diumumkan di depan para penyalur barang-barang listrik merk
"National". Pengumuman Gobel juga menunjukkan ciri yang unik
dari perusahaan ini -- yang nampaknya mau memroyekSikan suatu
citra yang tidak cuma "mengejar laba".
PT National Gobel kini merupakan perusahaan industri elektronika
terbesar di Indonesia. Didirikan 27 Juli 1970 sebagai perusahaan
patungan, antara PT Gobel & Tjawang Concern (40%) dengan
perusahaan Jepang Matsushita Electric Industrial Co Ltd. serta
C. Itoh & Co.Ltd. Perusahaan patungan itu dipimpinnya langsung
mulai 1970.
Sejak dua tahun yang lalu, pendirinya, Thayeb M. Gobel, 50
tahun, menyerahkan pimpinan eksekutifnya kepada Hajime Kinoshita
dan Lukman Hakim, wakilnya. Ia sendiri kemudian tetap aktif
sebagai Ketua Dewan Komisaris dari PT National Gobel juga
sebagai Dir-Ut PT Gobel Dharma Nusantara vang bertanggungj lwab
dalam pemas:lran dan distribusi barang-barang merk "National".
Tapi di mana pun ia berada, bayang-bayang Gobel selalu nampak,
setidaknya keluar.
Pribadinya memng cukup berwarna-warni. Selain berusaha, ia juga
Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan anggota Fraksi PP
di DPR. Nama "Gobel" sendiri punya arti macam-macam. Dulu,
"Gobel" adalah singkatan dari "Gorontalo Oranisasi Bangun
Ekonomi Luhur". Tapi kini "Gobel" dipopulerkannya menjadi
"Gerakan Organisasi Bina Ekonomi Lemah".
Di balik hal-hal yang agak eksentrik itu, kelompok perusahaan
yang dua tahun lalu baru terdiri dari tujuh perusahaan itu, kini
sudah tumbuh jadi 15 perusahaan. Kegiatan usahanya pun bukan
cuma dalam bidang elektronika, juga di bidang perkayuan sampai
perdagangan umum.
Kesemuanya itu merupakan modal nasional yang bergerak di bidang
distribusi (PT Gobel Dharma Nusantara), impor barang-barang jadi
yang belum di buat di dalam negeri (PT Met & Gobel), diesel dan
baterai (PT Paditraktor), perkayuan (PT Arraow & Gobel), biro
reklame (PT Gobel Dharma Cipta), ekspedisi dan angkutan (PT
Gobel Dharma Karya Jasa), suplai alat-alat kantor dan catering
(PT Gobel Sarana Karya), perdagangan umum (PT Gobel Precision),
bidang industri perkayuan seperti kabinet tv dan radio (PT First
Nabel Supply), PT Zuwikrama yang bergerak dalam bidang
kontraktor dan mebel, PT Dewantara Electronics dalam kontraktor
dan mebel, PT Dewantara Electronics dalam bidang komponen
alat-alat listrik rumah tangga, dan beberapa yang asing.
Namun dari anggota kelompuk Gobel ini, menurut Lukman Hakim,
Wakil Dir-Ut PT National Gobel, yang besar adalah PT Gobel
Dharma Nusantara. Perusahaan ini merupakan Agen Tunggal yang
memasarkan barang-barang elektronika bermerk "National" yang
diproduksi PT National Gobel dan PT Paditraktor. Dewasa ini ia
punya 22 cabang di seluruh Indonesia.
Sahamnya dimiliki oleh staf dan karyawan Gobel Group. Dewasa ini
karyawan yang memiliki saham dari PT Gobel Dharma Nusantara ini
sekitar 1.500 orang. Pada hari ulang tahun Gobel Group yang
ke-10 yang akan diperingati November mendatang, jumlah itu akan
jadi hampir 2.000 orang. Nilai sahamnya pun sudah melonjak: dua
tahun lalu berharga Rp 1.000 per saham, kini menurut Thayeb
Gobel sudah naik jadi Rp 7.000 per saham.
Kenapa tidak go pubic saja? "Sasarannya lain," kata Jamien A.
Thahir asal Gorontalo, orang dekat Thayeb Gobel. Dengan
mengkhalayakkan saham perusahaan melalui Pasar Modal, para
karyawan mungkin justru tidak dapar membelinya. Padahal menurut
kami sasaran pendiri perusahaan adalah untuk memeratakan
pemilikan saham perusahaan di kalangan karyawan, bukan untuk
mencari dana dan keuntungan. Sebab saham yang diberikan kepada
para karyawan itu dibagikan secara gratis.
Tujuannya adalah agar karyawan merasa ikut memiliki perusahaan,
sehingga timbul rasa ikut memiliki dan bertanggungjawab, serta
meningkatkan disiplin kerja. Ini terlihat dari kecilnya
lalulintas keluar-masuk karyawan Gobel Group: cuma 0,02% sejak 4
tahun yang lalu.
Apa falsafah bisnis Thayeb Gobel? "Pohon pisang," ujar Lukman
Hakim.
Artinya, mulai dari pohonnya, pucuk, daun, jantung apalagi
buahnya dapat dimakan. Artinya lagi, kalau dia telah memberikan
buah kepada masyarakat dan fungsinya telah berakhir, untuk
selanjutnya ia mati. Dengan catatan: sebelum mati ia
meninggalkan anak-anaknya di sekitarnya, yang telah siap pula
untuk mengabdikan diri guna kepentingan orang banyak.
Falsafah pohon pisang inilah yang terus-menerus dipompakan Gobel
kepada seluruh staf dan karyawannya Namun bagi karyawan rendah,
pohon pisang Gobel belum enak betul. Selain mengharapkan saham
setelah dinas 5 tahun, untuk kelak diwariskan kepada anak
cucunya, ada di antara mereka yang menghendaki lebih dari itu.
"Kami akan senang jika perusahaan juga memperhatikan fasilitas
perumahan," kata beberapa karyawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini