Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih mengalami tren pelemahan pada perdagangan awal pekan ini Senin, 25 November 2025. Rupiah hari ini ditutup di level Rp 15.881 atau melemah 6 poin dari penutupan pada akhir pekan lalu Jumat, 22 November 2024 yang ditutup di level Rp 15.875 per dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan sejumlah sentimen mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Salah satunya adalah pencalonan Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan AS yang dinilai banyak pihak akan membebani dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Namun, kemunduran dolar bisa bersifat sementara, mengingat Bessent secara terbuka mendukung dolar yang kuat dan juga mendukung tarif perdagangan,” kata Ibrahim dalam keterangan resminya seperti dikutip Senin, 25 November 2024.
Ibrahim memproyeksikan pergerakan nilai rupiah besok akan tetap fluktuatif. Namun, menurut Ibrahim, kurs rupiah terhadap dolar AS akan ditutup melemah dalam rentang Rp 15.820 sampai dengan Rp 15.910 per dolar AS.
Selain itu, menurut Ibrahim, pelaku pasar yang mengurangi taruhan untuk pemangkasan suku bunga Federal Reserve (the Fed) pada bulan Desember menjadi 52 persen dibandingkan bulan lalu sebesar 72 persen juga turut memberikan pengaruh. Indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), ukuran inflasi yang disukai Fed yang dijadwalkan rilis pada Jumat mendatang, diharapkan dapat memberikan lebih banyak petunjuk tentang suku bunga.
Dari dalam negeri, pergerakan rupiah didorong oleh neraca pembayaran Indonesia (NPI) yang pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar US$ 5,9 miliar setelah sebelumnya mengalami defisit sebesar US$ 0,6 miliar pada kuartal II 2024. Surplus tersebut dipicu oleh perbaikan sejumlah indikator, salah satunya penurunan defisit transaksi berjalan menjadi US$ 2,2 miliar atau 0,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
“Surplus NPI juga dipicu oleh adanya peningkatan surplus transaksi modal dan finansial menjadi US$ 6,6 miliar atau 1,8 persen dari PDB, dari sebelumnya hanya sebesar US$ 3,0 miliar atau 0,9 persen dari PDB pada kuartal II 2024,” kata Ibrahim.
Capaian surplus NPI tersebut juga turut memengaruhi posisi cadangan devisa Indonesia. Cadangan devisa telah meningkat menjadi sebesar US$ 149,9 miliar pada akhir September 2024 atau setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.