Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah melemah pada akhir perdagangan Senin sore, 11 November 2024. Depresiasi kurs terjadi saat Bank Indonesia mempublikasikan Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) Oktober 2024, terjadi penurunan indeks keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Data rupiah spot Bloomberg memaparkan kemarin rupiah ditutup pada level Rp 15.672 per dolar Amerika Serikat. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memaparkan kurs hari ini melemah 17,5 poin ke level Rp 15.689 per dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia memprediksi pelemahan rupiah masih bakal berlanjut. “Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.670 - 15.770 per dolar AS,” kata dia dalam analisis rutinnya, Senin, 11 November 2024.
Indeks keyakinan konsumen (IKK) terhadap kondisi ekonomi Oktober dilaporkan tercatat sebesar 121,1 atau menurun dibanding September yang tercatat 123,5. Menurut Ibrahim, IKK ini mengalami perlambatan yang signifikan. “Ini adalah level terendah sejak Desember 2022,” kata Ibrahim.
Namun BI dalam rilisnya mengklaim IKK Oktober masih tetap terjaga seiring dengan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan optimisme terhadap kondisi ekonomi ke depan. Survei Konsumen BI ini juga mencatat pada Oktober 2024 keyakinan konsumen tercatat masih pada level optimis atau di atas 100, pada seluruh kategori pengeluaran.
Dari sisi eksternal, Ibrahim menambahkan, pergerakan kurs juga dipengaruhi oleh indeks dolar AS yang menguat. Perhatian pasar akan tertuju pada pidato sejumlah pejabat bank sentral Amerika atau The Fed pada pekan ini. “Jadi akan ada banyak arahan tentang prospek suku bunga,” ujarnya.
Data harga konsumen AS yang juga akan dipublikasikan pekan ini diprediksi bakal mengurangi kemungkinan adanya pelonggaran moneter pada Desember. Hal ini dianggap dapat memperkuat dolar dalam jangka panjang, meski arah kebijakan presiden terpilih, Donald Trump belum terlihat.
Terpilihnya Trump juga diprediksi bakal berpengaruh pada rupiah karena kebijakannya yang akan jauh berbeda dengan presiden sebelumnya, Joe Biden. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sempat mengatakan proyeksi kebijakan Trump bahkan telah menimbulkan impak sebelum dia resmi dilantik. Imbal hasil obligasi 10 tahun AS naik, karena ekspektasi terhadap kebijakan Amerika yang cukup ekspansif.
Kenaikan obligasi tersebut menyebabkan dolar AS makin perkasa. Imbasnya meluas, karena menurut Sri Mulyani, dolar AS digunakan pada lebih dari 50 persen transaksi di seluruh dunia. Menguatnya indeks dolar AS, setelah terpilihnya Trump, menyebabkan rupiah sempat tertekan pekan lalu.
Pada penutupan hari ini, data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia memaparkan rupiah bertengger di level Rp Rp 15.677 per dolar AS. Melemah dibanding akhir pekan lalu, Rp 15.671 per dolar AS.