Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah menguat 122 poin dalam penutupan perdagangan Selasa, 13 Agustus 2024. Nilai tukar rupiah sore ini ditutup pada level Rp15.832,5 per dolar AS. Pada penutupan perdagangan Senin kemarin, kurs rupiah terhadap dolar AS tercatat di level Rp15.955 per dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan indeks dolar AS bergerak tipis terhadap mata uang lainnya, melanjutkan kinerja lesu karena antisipasi menjelang rilis data inflasi utama pekan ini. "Yang kemungkinan akan menjadi faktor dalam prospek penurunan suku bunga," kata Ibrahim dalam analisis rutinnya pada Selasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fokus pasar pada pekan ini tertuju pada data indeks harga konsumen dari AS, yang akan dirilis hari Rabu. Pembacaan tersebut diharapkan menunjukkan bahwa inflasi sedikit mereda pada Juli.
Tanda-tanda penurunan inflasi yang lebih lanjut, kata Ibrahim memberikan lebih banyak dorongan bagi The Fed untuk memangkas suku bunga. Terutama di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap ekonomi AS yang menuju resesi. Di luar data inflasi, pembacaan produksi industri dan penjualan eceran juga akan memberikan lebih banyak isyarat tentang ekonomi AS pekan ini.
Dari dalam negeri, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) per Juli 2024 mencatatkan defisit Rp 93,4 triliun atau setara 0,41 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit iini melebar dari posisi bulan sebelumnya yaitu Rp 77,3 triliun atau 0,34 persen terhadap PDB.
Secara keseluruhan, APBN 2024 memang didesain Rp522,8 triliun atau 2,29 persen terhadap PDB. Artinya, defisit yang terjadi pada Juli 2024 masih dalam rentang proyeksi pemerintah.
Sementara itu, penerimaan negara sepanjang Januari hingga Juli 2024 mencapai Rp1.545,4 triliun atau 55,1 persen dari target. Namun, total penerimaan tercatat turun 4,3 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Realisasi belanja negara sepanjang Januari hingga Juli 2024 tercatat senilai Rp1.638,8 triliun atau 49,3 persen dari alokasi pemerintah. Realisasi belanja melonjak 12,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Berbeda dengan tahun ini, APBN per Juli 2023 tercatat masih mengalami surplus atau penerimaan negara lebih tinggi daripada realisasi belanjanya. Pada Juli 2023, APBN masih mengalami surplus Rp153,5 triliun atau 0,72 persen terhadap PDB. Surplus terjadi karena pendapatan negara sebesar Rp1.614,8 triliun yang lebih tinggi dari realisasi belanja Rp1.461,2 triliun.
Seiring realisasi tersebut, keseimbangan primer APBN per Juli 2024 tercatat masih surplus Rp179,3 triliun. Sebagai perbandingan, keseimbangan primer pada Juli 2023 tercatat Rp394,5 triliun.