Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,37 persen ke level 7.134,27 pada perdagangan Senin, 18 November 2024. Penurunan ini jadi tren lanjutan setelah IHSG berada di zona merah pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, mengatakan hari ini secara teknikal IHSG masih mengindikasikan melanjutkan tren pelemahan. “Kami memperkirakan IHSG berpotensi melanjutkan pelemahan uji support 7.050 di Selasa,” kata Alrich dalam analisa rutinnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selanjutnya, ia mengatakan investor tengah menanti hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan diumumkan pada Rabu, 20 November 2024 mendatang. BI diperkirakan tetap akan mempertahankan BI rate di 6 persen pada RDG BI tersebut.
Proyeksi itu, kata dia, seiring dengan potensi pemangkasan Fed Funds Rate (FFR) di tahun 2025 yang less aggressive akibat potensi inflasi yang lebih tinggi pada masa pemerintahan baru. Selain itu juga karena pelemahan nilai tukar rupiah. Sebagai informasi, nilai tukar rupiah sebesar Rp15,845 per dolar AS atau melemah 1.18 persen secara mingguan pada Senin sore ini.
Menurutnya, kurs rupiah hari ini juga jauh lebih rendah dibandingkan asumsi dalam APBN 2024 yakni Rp15.000. Serta hampir mencapai batas atas dalam asumsi APBN 2025 yakni Rp15.300-Rp16.000.
Sementara itu, dari global, rilis data Inflasi Euro Area di Selasa besok diperkirakan meningkat. Infasi Euro Area diperkirakan meningkat 30 basis poin menjadi 2 persen secara year on year (yoy) di Oktober. Sementara inflasi inti diperkirakan tetap sama sebesar 2,7 persen yoy di Oktober dibandingkan 2,7 persen yoy di September. Tingkat Inflasi ini juga memicu kekhawatiran ECB atau Bank Sentral Eropa yang akan kurang agresif di 2025, terlebih ECB telah lebih banyak melakukan pemangkasan suku bunga acuan di tahun 2024 dibandingkan The Fed.
Pilihan Editor: Ombudsman Temukan Aspek Perizinan Jadi Potensi Maladministrasi dalam Tata Kelola Industri Kelapa Sawit