Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Saham BSI Loyo setelah Muhammadiyah Tarik Dana, Sampai Kapan Dampaknya?

Perdagangan saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI melemah setelah Pimpinan Pusat Muhammadiyah menarik dana. Sampai kapan dampaknya?

12 Juni 2024 | 13.23 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang pegawai menghitung uang di Kantor Cabang Thamrin Digital Bank Syariah Indonesia (BSI), Jakarta.(ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj.)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perdagangan saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI pada pekan lalu melemah setelah Pimpinan Pusat Muhammadiyah menarik dana dari bank pelat merah itu. Posisi perdagangan saham BSI pernah berakhir di zona merah usai pengumuman itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan kondisi itu wajar terjadi, apalagi Muhammadiyah merupakan organisasi masyarakat terbesar di Indonesia. Meski demikian, tren negatif perdagangan saham dan sentimen terhadap BSI tak akan berlangsung lama. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Senyampang itu, dia menyebut penarikan dana itu juga dipolitisasi oleh beberapa kelompok yang kritis terhadap pemerintah. “Karena dipolitisasi, sehingga gonjang-ganjing terhadap saham emiten BSI di bursa efek. Saya optimis penurunan saham di bursa efek ini bersifat sesaat,” kata Ibrahim saat dihubungi pada Rabu, 12 Juni 2024. 

Dalam laporan Koran Tempo edisi Senin, 10 Juni kemarin, menunjukkan perdagangan saham emiten berkode BRIS ini langsung turun 20 basis poin ke level Rp 2.260 per lembar. Kondisi ini terjadi usai PP Muhammadiyah resmi mengumumkan penarikan dana dari BSI pada Rabu, 5 Juni 2024. Pelemahan terus berlanjut hingga akhir pekan lalu, Jumat, 7 Juni 2024, sahamnya ditutup di Rp 2.180 per lembar. Padahal, pada awal pekan, BRIS mampu bertahan di zona hijau. 

PP Muhammadiyah tak menyebutkan terang-terangan jumlah dana yang bakal mereka tarik dari BSI.  Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas hanya menjelaskan bahwa mereka butuh menyebar simpanan Amal Usaha Muhammadiyah yang lebih banyak di BSI ke bank syariah lain, seperti Bank Syariah Bukopin, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat, serta bank syariah lain di daerah. “Fakta yang ada menunjukkan bahwa penempatan dana Muhammadiyah terlalu banyak berada di BSI sehingga secara bisnis dapat menimbulkan risiko konsentrasi,” kata dia kepada Tempo. 

Sementara itu, Anwar menyebut PP Muhammadiyah ingin berkontribusi meningkatkan persaingan di antara perbankan syariah. Lantaran BSI mendominasi dana kelolaan, dia menilai bank syariah lain tak bisa berkompetisi dengan margin yang ditawarkan BSI, baik dalam hal penempatan dana maupun pembiayaan. 

Meski demikian, Ibrahim mengapresiasi langkah Muhammadiyah untuk menyimpan uang mereka di bank syariah grade 2 seperti  Bank Syariah Bukopin, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat, serta bank syariah lain di Indonesia. Dia menyebut langkah itu akan membantu bank grade 2 ini untuk bergerak dan beroperasi. 

“Agar dana itu tidak terpusat di BSI,” kata dia.

Posisi BSI sebagai bank dengan grade 4 alias tinggi, menurut Ibrahim membuat aturan di sana semakin komprehensif. Ibrahim menilai kondisi ini yang menjadi alasan Muhammadiyah menarik dana dari BSI.

ADIL AL HASAN | KORAN TEMPO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus