MEROSOTNYA nilai rupiah terhadap dollar AS telah berakibat buruk bagi PT Century Textile Industry (Centex). Perusahaan patungan itu hari-hari ini harus mengeluarkan rupiah lebih banyak lagi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang dulu diperoleh dalam mata uang dollar. Maret 1982, misalnya, kewajiban jangka pendeknya tercatat Rp 12,5 milyar, tadinya Rp 11,3 (Maret 1981). Harta lancarnya, pada periode yang sama, tetap tak berubah: Rp 8,3 milyar. Keadaan tak menguntungkan itu tentu saja menyebabkan likuiditas Centex jadi lemah. Untuk memperkuat likuiditas, perusahaan yang memasyarakat (go-public) empat tahun lalu itu merencanakan menambah modal sekitar Rp 6 milyar. Sekitar Rp 2,9 milyar dari tambahan modal itu akan ditariknya dari masyarakat lewat penjualan saham tahap kedua di Pasar Modal. Sedang sisanya akan diperoleh dari para pemegang saham pendiri, baik dari piha Jepang (Kurabo, Toray Industries, Kanematsu Gosho, dan Tokai Senko) maupun dari pihak Indonesia. Dengan demikian, komposisi saham Centex kerak akan berubah menjadi: Jepang (55% sebelumnya 68%), dan Indonesia yang terdiri dari Hadi Budiman dan masyarakat (45% sebelumnya 32%). Izin prinsip mengenai perubahan struktur modal itu sudah diajukan ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Sedang perubahan Anggaran Dasar Centex, yang antara lain mengutarakan penambahan modal disetor dari Rp 3,84 milyar jadi Rp 10 milyar, sudah disetujui dalam rapat umum para pemegang saham baru-baru ini. Menurut direksi Centex, tambahan modal Rp 6 milyar itu sebagian besar akan digunakan untuk mencicil utang, baik jangka pendek maupun jangka panjang yang jumlahnya mencapai Rp 17 milyar lebih. Jika utang sudah dicicil, kata Basuki Siddharta, akuntan publik yang mengaudit keuangan Centex, maka beban bunga, dan rugi karena perbedaan kurs bisa dkurangi. Tanpa usaha melunasi utang, "Centex hanya akan bekerja untuk bank," ujar Siddharta. Jika sebelumnya laba operasi banyak tersedot untuk membayar biaya bunga dan kurs, maka kelak "hasil laba operasi bisa digunakan untuk membayar dividen lebih besar lagi," tambah seorang direksi Centex. Sudah sejak dua tahun ini, Centex harus mengeluarkan rupiah lebih besar untuk biaya bunga, dan selisih kurs. Untuk pos itu, Maret 1981 perusahaan ini mengeluarkan Rp 2,4 milyar, dan tahun buku berikutnya Rp 2,7 milyar. Meningkatnya biaya bunga, dan selisih kurs itu, menyebabkan laba bersih yang diperoleh turun dari Rp409 juta (1981) jadi Rp 13 juta (1982). "Praktis hasil laba operasi disapu bersih untuk membayar bunga," ujar Siddharta. Dirut Centex Hiromi Hogan memperkirakan pasar di dalam negeri akan jenuh tahun ini, sedang untuk pasar luar negeri, terutama Timur Tengah, masih dibayangi peperangan. Centex berusaha meningkatkan mutu Tetoron Cotton (TC), produk utamanya dengan produksi sekitar 2 juta yard per bulan, dan menambah macam produk. Nilai ekspor perusahaan ini cukup banyak tertolong oleh kebiaksanaan imbal-beli (counter-purchase). Tapi karena pasar di dalam negeri sedang jenuh, pendapatan penjualan bersih Centex dua tahun terakhir ini tak naik secara menyolok. Semua itu ternyata telah menyebabkan penampilan Centex di mata pemegang saham jadi turun. Akibatnya bisa diduga: pemegang saham Centex ramai-ramai melepaskan sahamnya. Karena Pasar Modal kelebihan suplai, nilai saham perusahaan itu jatuh hinga Rp 5.350. Dua tahun lalu, ketika teksti jaya, saham perusahaan itu pernah mencapai Rp 9.000. Usaha intervensi PT Danareksa untuk menjaga kejatuhan harga saham Centex, dengan membeli saham yang dilepas itu ternyata kurang membawa hasil. Buktinya harga saham perusahaan itu hingga awal pekan ini masih belum juga melampaui harga perdana empat tahun lalu yang Rp 5.500. Menurut direksi PT Indovest, lembaga keuangan nonbank yang pernah menjadi penjamin emisi Centex, nilai saham perusahaan itu diperkirakan akan meningkat sesudah penjualan saham tahap kedua dilakukan. Pilihan itu tampaknya memang yang terbaik jika dibandingkan dengan mencari utang baru, yang justru akan memperlemah likuiditas perusahaan. "Saya menilai positif sikap direksi Centex yang menyetuJui usaha perubahan struktur modal perusahaan," kata anggota direksi Indovest itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini