DI masa depan, PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio, Bandung,
tampaknya akan menjadi kongsi usaha banyak pabrik pembuat
pesawat komersial. Perusahaan itu kini tengah merintis usaha
pembuatan sejumlah komponen pesawat. Pertengahan Maret ini,
empat komponen sayap tengah (center wings) yang dihasilkannya,
misalnya, telah dikirimkan ke CASA (Construcciones Aeronauticas
SA) Spanyol.
Menurut Yuwono, Direktur Produksi Nurtanio, pembuatan sayap
tengah itu cukup menguntungkan pihak Indonesia. Sementara CASA,
katanya, menganggap impor komponen tersebut cukup murah jika
dibandingkan membuat sendiri.
Belum diperoleh kepastian dari CASA, sekalipun TEMPO sudah dua
kali menghubunginya lewat teleks.
Yang pasti, menurut Yuwono, karena kemampuan produksi Nurtanio
masih terbatas, pengiriman tetsebut belum bisa dilakukan secara
tetap dan besar-besaran. Jika perluasan pabrik--Nurtanio 11
--sudah selesai November tahun depan produksi secara teratur
diharapkan bisa dilakukan .
Pada saat itu juga Nurtanio mengharapkan bisa mensuplai
sejumlah komponen untuk pesawat yang dibeli pemerintah. Jadi
jika kelak Garuda membeli sebuah Boeing 737, misalnya, sekitar
10 sampai 20% komponennya harus disuplai dari Nurtanio.
Pentingkah sayap tengah yang dihasilkan Nurtanio? Sayap tengah
dengan bahan baku aluminium seluruhnya tersebut, punya rentangan
6 m, lebar 2 m tebal 0,5 m, dan berat 453 kg. Di bagian sayap
inilah biasanya disangkutkan mesin penggerak, puluhan kabel
kontrol main flap dan spoilers, serta saluran bahan bakar.
Teknologi pembuatan komponen ini memang belum lama dikuasai
teknisi Nurtanio. Usaha menguasai teknologinya dilakukan tak
lama sesudah Nurtanio lima tahun lalu memulai perakitan Casa
NC-212 (bekerjasama dengan CASA), dan helikopter NBO-105
(bekerjasama dengan Messerschmitt-Bolkow-Blohm GmbH, Jerman
Barat).
Ekspansi
Untuk membuat sayap tengah itu, PT Nurtanio memesan sebuah alat
dengan presisi tingi bernama Center Wing Jig. Sebuah sayap
tengah yang digarap 3 8 orang, biasanya memerlukan waktu
pengerjaan selama 20 hari. Dengan dua buah CWJ yang dimiliki,
menurut seorang karyawan Nurtanio, Edi Susilo, dalam sebulan
Nurtanio mampu membuat tiga buah sayap tengah. Sementara ini
bahan baku aluminium dibelinya dari Alcoa, AS. Dan karena ongkos
tenaga kerja di Indonesia relatif masih murah biaya produksi
pembuatan sayap tengah tadi hanya memakan US$75 ribu (Rp 48,9
juta).
Bagi PT Nurtanio, dan juga CASA Spanyol, bentuk kerjasama
semacam itu jelas menguntungkan. Biasanya memang, sebuah
industri pesawat terbang raksasa--seperti Boeing Comercial
Airplane Company, AS -- menyerahkan pembuatan komponen
pesawatnya kepada sejumlah subkontraktor (pabrik pesawat kecil).
Pembuatan ekor Boeing 757, misalnya, dipercayakannya kepada
pabrik pesawat terbang Vought, AS.
Kewalahan
CASA sendiri terikat kontrak dengan Dassault-Breguet (Prancis)
dalam pembuatan sayap-sayap pesawat paling pinggir (outer wings)
untuk pesawat bisnis ringan Falcon 10. Sebagai anggota
konsorsium Airbus Industrie, pabrik pesawat Airbus, perusahaan
itu juga bertanggungjawab membuat sejumlah komponen pintu
pesawat dan bagian ekor. Untuk pesawat DC-10, CASA juga
bertanggungjawab mensuplai sejumlah komponennya.
Kerjasama semacam itu rupanya menarik perhatian CASA. PT
Nurtanio, kongsi usaha CASA di Indonesia lalu dihubunginya untuk
diajak bekerjasama dalam pembuatan komponen. Menurut Suripto
Suwondo, Humas PT Nurtanio, pabrik pesawat itu konon kewalahan
menerima pesanan NC-2 12 sebanyak lima buah setiap bulannya.
Karenanya "supaya pesanan terpenuhi, CASA Spanyol memberikan
order pembuatan sayap tengahnya kepada Nurtanio," katanya.
Nurtanio kini akan memperluas kawasan pabriknya dari 1,6 ha
menjadi 38,5 ha ke sebelah utara Bandar Udara Hussein
Sastranegara. Tenaga kerjanya juga akan berkembang--meningkat
dari 5.500 menjadi 10 ribu. Semua rencana ekspansi itu akan
diselesaikan dalam tempo empat tahun mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini