Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

31 Yang Terdampar

Tenaga-tenaga kerja Indonesia di Irak, & terdamparnya 31 orang pelaut indonesia yang bekerja di kapal Singapura di kota Abdali karena terjadi perang Iran-Irak. (eb)

25 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAMPAI pecah perang, 22 September yang lalu, orang Indonesia yang bekerja di Irak berjumlah 582 orang. Suatu kenaikan lebih 400 orang dibandingkan 1979. Mereka umumnya terdiri dari tukang cat, kuli bangunan, montir, sopir alat-alat berat (trailer) pekerja di bidang listrik, pesuruh, tukang jaga sampai juru masak. Dari jumlah itu 335 orang dibawa dan dikirim oleh perusahaan PT Taiyo Sinar Tehnik, sebuah perusahaan patungan Jepang-lndonesia, PT Robihdo, dan PT Servindo yang bergerak di bidang jasa ekspor tenaga kerja ke Timur Tengah Di Irak mereka itu bekerja pada perusahaan Taiji Kudo Construction yang mendapat kontrak kerja dari Kementerian Perminyakan Irak dan ditempatkan di Baghdad, Kirkuk, Basra, Tagi, Jailani, Semawa, Mosoul dan Babylon. Gaji seorang Indonesia di sana berkisar antara Rp 500.000 - Rp 600. 000 sebulan. "Untunglah, semua TKI di Irak itu selamat," kata Sjahrul, Kepala Biro Aneka Jasa & Usaha Patungan Tim Koordinator Kegiatan Ekspor ke Timur Tengah. Sambil memperlihatkan tumpukan teleks yang diterimanya dari KBRI Baghdad dan Kuwait, banyak TKI yang mencari perlindungan di KBRI Baghdad. Sementara 49 orang yang dikirim oleh Taiyo Sinar Tehnik diterbangkan langsung ke Indonesia lewat Amman (Jordania). Pihak KBRI sendiri sudah memulangkan sebanyak 31 orang lewat Kuwait. Tapi setelah Baghdad menjadi sasaran bom Iran, 24 TKI yang di Semawa -- semula yang mencari perlindungan di KBRI--pekan lalu kembali bekerja di kota itu Mereka beranggapan Semawa lebih aman dibandingkan dengan tempat lain di Irak Mereka ini bekerja menarik trailer. "Malam hari kami terpaksa jalan tanpa lampu," kata mereka itu Maksudnya tentu supaya tidak menjadi sasaran tembakan pihak Iran. Perang di Teluk Persia ini juga merepotkan Kedubes Indonesia di Kuwait. Sebanyak 31 orang pelaut Indonesia yang bekerja di kapal Singapura MV Kota Mas dan MV Pearl City kini masih 'terdampar' di Abdali, di padang pasir daerah perbatasan Irak-Kuwait. "Pemerintah Kuwait hanya memberi izin masuk jika para pelaut itu punya uang pembeli tiket untuk pulang ke Indonesia," kata Sjahrul.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus