Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT PLN (Persero) bakal memperkuat sistem kelistrikan di Pulau Sumatera dengan membangun jaringan transmisi 500 kV. Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PLN Gregorius Adi Trianto mengatakan rencana tersebut telah dimasukkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024-2033 yang saat ini sedang dibahas bersama pemerintah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami akan bangun transmisi 500 kV dari Aceh sampai Lampung yang akan menjadi backbone kelistrikan di Sumatera," kata Gregorius melalui keterangan tertulis, Jumat, 7 Juni 2024. "Kami juga akan menyambungkan transmisi tersebut dengan kelistrikan di pulau Jawa sehingga listriknya jauh lebih andal."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rencana pembangunan jaringan transmisi 500 kV tersebut disampaikan setelah PLN mengalami pemadaman listrik total atau blackout di Sumatera bagian selatan pada Selasa, 4 Juni 2024. Aliran listrik di wilayah tersebut mati lebih dari 24 jam. Namun, kata Gregorius, saat ini sistem kelistrikan itu sudah kembali normal.
"Kami bersyukur dapat memulihkan kembali 100 persen pasokan listrik ke seluruh masyarakat," kata Gregorius.
Matinya aliran listrik di wilayah tersebut, Gregorius menuturkan, terjadi karena ada indikasi gangguan yang disebabkan kerusakan penangkal petir di Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) Bangko di Kabupaten Merangin, Jambi. PLN menemukan masalah ini setelah melakukan penelusuran pada jalur transmisi Sumatera Bagian Selatan yang mengalami gangguan sepanjang 621 kilometer sirkuit (kms) dengan 898 tower.
"Kerusakan itu mengakibatkan terputusnya aliran listrik pada jalur transmisi 275 kiloVolt (kV) dari GITET Muara Bungo Jambi hingga GITET Gumawang Lampung yang menjadi backbone kelistrikan Sumatera bagian selatan," ujar Gregorius.
Ia juga mengatakan, kerusakan peralatan itu disebabkan intensitas sambaran petir yang meningkat dalam dua bulan terakhir di sekitar lokasi GITET. Menurutnya, intensitas yang tinggi membuat penangkal petir mengalami penurunan fungsi dan membuat sistem proteksi GITET bekerja memutus aliran listrik dan pembangkit yang ada turut padam.
Pemulihan kemudian dilakukan bertahap mulai dari sisi pembangkitan, transmisi, dan distribusi ke semua pelanggan. Gregorius berujar, pemulihan dilakukan bertahap karena karena sebagian besar pembangkit listrik yang berada di Sumatera bagian selatan adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Pembangkit tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk startup dan kembali memasok listrik ke sistem Sumatera bagian selatan.
“Kami menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami pelanggan," tutur Gregorius.
Gangguan sistem kelistrikan di Sumatera bagian selatan turut dirasakan Akhsanul A’mar Ar-Rofi, warga Kecamatan Seputih Mataram, Lampung. Akhsan, sapaaanya, mengaku dirugikan karena aktivitas keluarga terganggu selama lebih dari 24 jam. Untuk sekadar memasak nasi saja, kata dia, terpaksa menggunakan kompor sehingga lebih lama dan boros gas.
Matinya aliran listrik juga membuat keluarganya menunda mencuci baju. Selain karena tidak bisa menyalakan mesin cuci, penundaan dilakukan untuk menghemat air. Ia pun berharap ada ganti rugi atau kompensasi dari PLN.
“Tadi, ada info, bahwa biaya listrik bulan ini bakal digratiskan. Tapi kayaknya cuma berlaku untuk pengguna listrik pascabayar dan belum pasti,” kata Akhsan, Jumat, 7 Juni 2024. Sementara, keluarganya menggunakan listrik prabayar atau pulsa.