Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik didukung permintaan domestik. Perekonomian triwulan II 2023 diprakirakan masih tumbuh kuat, ditopang peningkatan konsumsi rumah tangga dan tren ekspansif aktivitas manufaktur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indikator tersebut ditunjukkan oleh PMI Manufaktur yang meningkat ke level 53,3 pada Juli 2023, lebih tinggi dibandingkan Juni 2023 sebesar 52,5.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Konsumsi rumah tangga meningkat didorong oleh terus naiknya mobilitas, membaiknya ekspektasi pendapatan, dan terkendalinya inflasi, serta dampak positif dari Hari Besar Keagamaan Nasional dan pemberian gaji ke-13 kepada Aparatur Sipil Negara," ujar dia di Kantor Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta Pusat, pada Selasa, 1 Agustus 2023.
Perkembangan tersebut, kata Sri Mulyani, juga disertai Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Penjualan Ritel yang terus bertumbuh. Meskipun investasi bangunan masih relatif tertahan, namun investasi nonbangunan masih terindikasi ekspansif.
"Sejalan dengan kinerja ekspor yang positif dan berlanjutnya hilirisasi," ucap Sri Mulyani
Berdasarkan lapangan usaha, bendahara negara melanjutkan, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, serta Informasi dan Komunikasi. Sementara secara spasial, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh pertumbuhan wilayah Kalimantan dan Jawa yang masih kuat sejalan dengan terjaganya permintaan domestik.
Ekonomi 2023 diprakirakan kisaran 5,0-5,3 persen
"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan dapat mencapai kisaran 5,0-5,3 persen," tutur Menkeu Sri Mulyani.
Sri Mulyani menuturkan bahwa kondisi stabilitas sistem keuangan Indonesia terus membaik. "Stabilitas sistem keuangan triwulan II tahun 2023 tetap terus terjaga di tengah dinamika pasar keuangan global," ujar dia.
Menurut dia, perkembangan tersebut seiring dengan kondisi perekonomian dan sistem keuangan domestik yang resilien serta didukung koordinasi Kokite Stabilitas Sistem Keuangan atau KSSK yang terus diperkuat.
Dia menjelaskan daya tahan stabilitas sistem keuangan pada kuartal sebelumnya menjadi pijakan bagi KSSK untuk tetap optimistis, tapi terus mewaspadai berbagai tantangan dan risiko yang sedang dan akan terus terjadi.
KSSK, bendahara negara berujar, yang beranggotakan Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) berkomitmen untuk melanjutkan penguatan koordinasi.
"Serta meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan risiko global ke depan, termasuk rambatannya pada perekonomian dan sektor keuangan domestik," tutur Sri Mulyani.