Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) tengah menggodok kebijakan yang bisa mendorong penurunan suku bunga kredit di perbankan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bank Indonesia (BI) bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan atau OJK dan Lembaga Penjamin Simpanan atau LPS, kata Sri Mulyani, tengah mengkaji penetapan suku kredit atau lending rate di perbankan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kita memang di dalam pembahasan ini antara BI, OJK dan LPS akan semakin meneliti apa yang disebut proses pembentukan penetapan lending rate di masing-masing bank," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin, 1 Maret 2021.
OJK, menurut Sri Mulyani, sebenarnya pernah menyampaikan bahwa perbankan telah melaporkan dasar-dasar penetapan suku bunga pinjamannya. Dari satu bank dan bank lain penetapan lending rate berbeda-beda.
Hal ini tergantung pada kesehatan perbankan, neraca perbankan, cost of fund hingga faktor tersebut membentuk lending rate. "Sehingga tidak bisa dibuat satu generalisasi dari policy ini," ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa KSSK yang berisi perwakilan Kemenkeu, BI, OJK, LPS ingin melihat transmisi suku bunga acuan berjalan dengan lancar. Hal ini dipastikan bakal turut dibahas dalam pertemuan KSSK bulan ini.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan pemerintah akan terus mengkomunikasikan masalah suku bunga ini. "Karena memang salah satu yang diminta ke perbankan adalah agar penurunan BI rate dan lending rate bisa ditransmisikan ke konsumen," ujarnya.
Saat ini, dia melihat spread suku bunga kredit dan suku bunga acuan dari BI masih lebar. "Walaupun, single digit, tetapi masih di atas 9,75 persen."
Selain Sri Mulyani dan Airlangga Hartarto, sejumlah pihak sudah sering kali mengkritik kalangan perbankan yang belum juga menurunkan bunga kredit meski bank sentral telah memangkas suku bunga acuannya. Hal ini juga dikeluhkan oleh para pengusaha yang kesulitan berekspansi dengan bunga kredit tinggi di masa pandemi seperti sekarang.
BISNIS