Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SESAAT setelah terpilih menjadi Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Tbk. pada Agustus 2002, Bobby Gafur Umar langsung memancangkan strategi bisnis ba-ru: fokus pada dua bidang usaha, yaitu infrastruktur dan telekomunikasi.
Strategi baru itu dirasa perlu- karena gerak bisnis Bakrie & Brothers terasa kurang lincah. Sebelum krisis ekonomi pada 1997, salah satu perusahaan induk Grup Bakrie ini sudah kelewat gemuk. Lahan bisnisnya beragam. Mulai dari perkebunan, hotel, pariwisata, properti, hingga bank.
Tiga tahun kemudian, buah stra-tegi bisnis baru itu mulai bisa dipetik. Seiring dengan program pe-merintah mempercepat pemba-ngunan infrastruktur, sejumlah per-usahaan di bawah naungannya sangat ekspansif menggaet proyek. South East Asia Pipe Industries, misalnya, terlibat dalam pemba-ngunan pipa gas bumi jalur Kalimantan Timur-Jawa Barat dan Duri-Dumai-Medan.
Proyek pembangkit listrik Tanjung Jati A juga sudah di tangan PT Bakrie Power. Selain itu, proyek pembangun-an jalan tol ruas Tangerang-Serpong dan Jagorawi-Cikampek sudah masuk dalam radar bidikan Bakrie Tosanjaya. Tak ketinggalan Bakrie Construction—dulu bernama Trans Bakrie—sibuk memenuhi berbagai pesanan pembuatan besi baja.
Di bidang telekomunikasi, Grup Bakrie terbilang sukses mengubah wajah Ratelindo menjadi PT Bakrie Telecom Tbk., dengan merek dagang Esia. Dengan iming-iming tarif percakapan seribu perak selama satu jam, perusahaan ini mampu menggaet 757 ribu pelanggan. Akibatnya, rugi pembukuan dapat ditekan dari Rp 298 miliar pada 2004 menjadi tinggal Rp 144 miliar di akhir tahun lalu.
Meski begitu, Fitri Murniawati, analis pasar modal dari BNI Securities, meragukan kemampuan lini usaha telekomunikasi dan infrastruktur Grup Bakrie. Menurut dia, Bakrie Telecom masih sulit bersaing dengan raksasa telekomunikasi lainnya, seperti Telkom dan Indosat. Sedangkan berbagai proyek infrastruktur baru bisa terealisasi dan dinikmati hasilnya beberapa tahun ke depan.
Karena itu, kata Fitri, ”Jika bicara Bakrie & Brothers, justru tentang perkebunannya.” Dengan adanya lonjakan harga minyak sawit di pasar inter-nasional, pendapatan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. turut meningkat selama tiga tahun terakhir hingga Rp 883 miliar. Harga karet dunia yang mencapai rekor tertinggi US$ 1.800 per ton pun turut menggelembungkan kas per-usahaan.
Selain Bakrie & Brothers, mesin uang keluarga Bakrie datang dari sektor properti, pertambangan, mi-nyak, dan gas bumi. Menurut- Fitri, ki-nerja PT Bakrieland Development- Tbk. sangat mencorong dalam -s-e-t-ahun terakhir. Pendapatan bersihnya melonjak dua kali lipat jadi Rp 319, 8 miliar dan laba bersih yang dibukukannya hampir Rp 100 miliar.
Belakangan, perusahaan properti- ini punya proyek prestisius memba-ngun perkampungan modern- di kawasan Kuningan, Jakarta- -Sela-tan, dengan nilai investasi awal Rp 1,2 triliun. ”Tapi harus hati-hati, karena permintaan ruang mulai memasuki titik jenuh,” kata Fitri.
Dari bisnis pertambangan, keluarga Bakrie baru saja mengantongi uang tunai sekitar Rp 29 triliun. Dana segede itu didapatnya dari hasil penjualan dua tambang batu bara milik PT Bumi Resources Tbk., yaitu Kaltim Prima Coal dan Arutmin. Meski kini jadi paper company karena asetnya kopong, Bumi sudah punya strategi baru untuk mengembangkan batu bara cair. Sejumlah analis menilai pilihan ini tepat karena dunia kini mengembangkan energi alternatif pengganti minyak bumi.
Bumi juga kini tengah menyiapkan proses merger dengan PT Energi Mega Persada Tbk. Energi Mega adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang juga terafiliasi dengan ke-luarga Bakrie. Hingga kuartal ketiga tahun lalu, laba bersih perusahaan milik Indra Bakrie itu naik 200 persen. Lewat penggabungan ini, Bakrie berambisi menjadi pemain energi utama di kawasan Asia Pasifik.
Yura Syahrul
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo