PERUSAHAAN perekaman kaset di Indoesia mendapat angin. Ekspor
kaset bersi lagu-lagu Barat ke Arab Saudi tamaknya akan
meningkat. "Saya sudah neninjau ke sana, wah prospeknya cerah
sekali," ungkap Suryoko, 32 tahun,Dirut PT Aquarius, perekam
kaset lagu Barat di Jakarta.
Rasa antusias semacam itu bertambah ketika awal bulan lalu
Menteri Perdagangan dan Koperasi Radius Prawiro, yang sedang
berkampanye menggalakkan ekspor komoditi nonminyak bertemu
dengan sejumlah pengusaha di Hotel Hilton, Jakarta. Di situ
Suryoko, mewakili sejumlah temannya, mengharapkan agar
pemerintah turut pula mendorong usaha ekspor kaset berisi
lagu-lagu Barat ke Saudi. Kendati kaset itu, katanya, jelas
merupakan produk "bajakan" --mereproduksi tanpa membayar royalty
kepada pemegang hak cipta.
Indonesia yang belum turut menandatangani Konvensi Bern mengenai
UU Hak Cipta Internasional, tentu tidak bisa dituntut. Jadi
mumpung belum ada peraturan yang mengikat, Menteri Radius
tampaknya mndorong usaha ekspor kaset semacam itu.
Singapura, yang menandatangani Konvensi Bern itu telah lama
mengekspor kaset lagu Barat "bajakan" ke Saudi. Pemerintah di
Singapura agaknya tutup mata melihat besarnya petrodollar yang
bisa mereka raih dari kaset. Setiap bulannya Arab Saudi saja
rata-rata memerlukan 10 juta kaset lagu Barat. Belum lagi negeri
seperti Kuwait dan Uni Emirat- Arab. Suryoko, dan sejumlah
rekannya selama ini juga telah merintis ekspor ke Arab
Saudi--tapi pengapalan kasetnya dilakukan lewat Singapura dalam
jumlah terbatas.
Melihat pasar di Timur Tengah yang menggiurkan itu, Suryoko
optimistis kaset Indonesia bakal menjadi pesaing keras. Hasil
seleksi lagu, dan mutu rekaman perusahaan Indonesia, menurut
pengusaha yang biasa dipanggil O'ok itu, termasuk jempolan.
Dibanding. set lagu Barat eks-Eropa, "kaset kiai jauh lebih
murah, perbandingannya 7 dengan 5," kata Pungky B. Perwadi, 3
tahun, Ketua Asosiasi Perekam Nasion Indonesia (APNI). Tentu
saja lebih mahal, sebab perusahaan perekaman Eropa itu harus
pula membayar royal kepada pemegang hak cipta.
Dengan anggota 22 perusahaan, kini setiap bulannya APNI mampu
menghasilkan sekitar 2 juta kaset lagu Barat. Dari jumlah itu
baru sekitar 200 ribu yang diekspor.
Untuk menampung lagu Barat seperti jaz, disko, maupun pop,
mereka biasanya menggunakan pita bermutu baik (BASF maupun
Maxell UD) yang berharga Rp 400 per buah. Sesudah diisi lagu,
kaset itu kemudian dijual ke agen Rp 750 per buah. Agen
selanjutnya menjual kepada pengecer, paling ting Rp 850 per
buah. Dari sinilah konsumen pada akhirnya rata-rata harus merogo
Rp 1.000 untuk setiap kaset yang dibelinya.
Barang Tentengan
Perekaman kaset lagu Barat, yang lebih pantas disebut sebagai
industri rumah, mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1969.
Pada mulanya usaha itu di lakukan sebagai hobby sejumlah anak
muda di kota besar. Dari situ konsumen mulai mengenal merk
Perina, Setia Djaja, Contessa, Kings, Atlantic Recor , dan
sebagainya. Untuk melempar kaset rekaman lagu baru, mereka
berani memasang iklan seperempat halaman di beberapa koran
Jakarta. Pertanda adanya persaingan yang cukup keras.
Buat mendirikan perusahaan sem cam itu, menurut Seki, Manajer
Penjualan PT Perina Utama, cukup dengan modal sekitar Rp 20 juta
ditambah penyusun lagu, dan koresponden di luar negeri. "Yang
penting kita harus punya penyusun lagu yang baik, dan korespon
den pencari rekaman baru) di luar negeri," katanya. Diakuinya,
mencari penyusun lagu yang baik, tidaklah mudah "Soalnya kuping
sang penyusun harus bisa mewakili ribuan kuping konsumen."
Perusahaan Seki sendiri secara resmi memang belum mengekspor ke
Saudi. "Barang kami ditenteng pedagang dari Saudi yang membeli
dari agen kami," katanya.
Suryoko memulai usahanya secar kecil-kecilan di awal 1970,
dengan nam Perina. Ketika bisnis itu berkembang kelompok Perina
pecah--dan Suryo akhirnya memakai label Aquarius. Kini pengusaha
muda itu sudah memiliki 40 cassette recorder, dengan 60 karyawan
Setiap jamnya satu pesawat perekam itu mampu menghasilkan satu
kaset. "Tunggu saja 4-5 bulan lagi, saya akan coba memenuhi
derasnya permintaan dari Arab Saudi," kata Suryoko.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini