Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Survei FPCI: Masyarakat Muslim Indonesia Lebih Percaya Pemuka Agama daripada Ilmuwan tentang Isu Iklim

Survei terbaru yang dilakukan oleh Purpose dan FPCI menunjukkan masyarakat muslim Indonesia paling percaya kepada pemuka agama soal isu iklim.

9 November 2024 | 16.43 WIB

Relawan Aksi Muda Jaga Iklim (AMJI) menggelar Parade Monster Plastik saat Car Free Day di Jakarta, Ahad, 27 Oktober 2024. AMJI menggelar Parade Monster Plastik di lima kota. TEMPO/Ilham Balindra
Perbesar
Relawan Aksi Muda Jaga Iklim (AMJI) menggelar Parade Monster Plastik saat Car Free Day di Jakarta, Ahad, 27 Oktober 2024. AMJI menggelar Parade Monster Plastik di lima kota. TEMPO/Ilham Balindra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Survei Iklim Nasional menemukan masyarakat muslim Indonesia paling percaya pemuka agama dibandingkan aktivis, pemerintah, dan ilmuwan tentang isu iklim. Survei tersebut diadakan oleh Purpose dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dengan berfokus pada responden dari kalangan tokoh Islam dan komunitas muslim di Indonesia.

Kedua organisasi tersebut melibatkan 3.000 responden muslim dan 100 tokoh agama Islam untuk menangkap persepsi, sikap, dan peran mereka dalam mendorong aksi iklim. Sebanyak 22 persen responden mengatakan paling memercayai pemuka agama menyangkut isu iklim. Jumlah itu lebih tinggi daripada 19 persen responden yang paling percaya pada aktivis lingkungan, 11 persen yang paling percaya pada pemerintah pusat, dan 9 persen yang menaruh kepercayaan lebih pada ilmuwan.
 
Sementara, menurut temuan survei, anggota legislatif berada pada urutan terakhir dalam tingkat kepercayaan masyarakat. Purpose dan FPCI berkata hal ini menunjukkan peran vital pemuka agama dalam menyuarakan isu lingkungan guna meningkatkan kesadaran dan mendorong aksi iklim di tingkat akar rumput. “Dengan meningkatnya religiusitas global, termasuk di Indonesia, penting untuk menyelaraskan solusi iklim dengan ajaran Islam,” kata Ketua FPCI Dino Patti Djalal, dikutip dari keterangan tertulis pada Jumat, 8 November 2024.
 
Temuan utama lain dari survei ini antara lain adalah lapangan pekerjaan, kesehatan, dan kemiskinan menjadi tiga perhatian utama umat Islam. Sementara, isu lingkungan berada di peringkat keenam. Survei juga menemukan para tokoh agama meyakini perubahan iklim dan kerusakan lingkungan disebabkan aktivitas manusia. Menurut para penyelenggara survei, temuan ini menghadirkan perspektif baru daripada berbagai penelitian sebelumnya yang cenderung menunjukkan masyarakat Indonesia menyangkal krisis iklim sebagai akibat aktivitas manusia.
 
Muslims for Shared Action on Climate Impact (MOSAIC), platform pemangku kepentingan muslim yang dibentuk Purpose guna mendorong aksi iklim, menekankan pentingnya kolaborasi dalam meningkatkan aksi iklim di kalangan umat Islam. Abdul Gaffar Karim, Steering Committee MOSAIC sekaligus akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM), menyayangkan sedikitnya dakwah di masjid yang mengangkat topik isu iklim. “Walau data mengungkap bahwa masyarakat percaya kepada pemuka agama, sayangnya seruan-seruan di masjid sangat sedikit yang menyentuh isu iklim. Dalam riset kecil kami kurang dari 2 persen dakwah di masjid menyentuh topik ini,” ujarnya.
 
Menurut Gaffar, perlu adanya tindak lanjut dalam bentuk pendekatan dengan manajemen masjid perihal siapa yang menentukan ustaz. Hal ini, kata dia, agar pengurus masjid bisa memilih pemuka agama yang mempunyai pengetahuan memadai tentang lingkungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nabiila Azzahra

Nabiila Azzahra

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini menjadi reporter Tempo sejak 2023 dengan liputan isu internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus