SATU babak baru dalam pelaksanaan penarikan iuran TVRI ditentukan Selasa pekan ini. Yaitu ketika naskah kerja sama antara Yayasan TVRI dengan PT Megatama Raya ditandatangani kedua pihak. Bentuk kerja sama ini ditentukan berdasarkan Kepres yang dikeluarkan September lalu -- menggantikan Kepres tahun 1963, yang menentukan bahwa iuran TVRI dilaksanakan oleh Perum Pos dan Giro. Sudah pasti ada keuntungan yang bisa diambil dalam kerja sama antara Yayasan TVRI dan Megatama itu. Antara lain, adanya kesempatan kerja bagi 11 ribu orang di seluruh Tanah Air. Menurut Dirjen RTF Drs. Alex Leo Zulkarnain, lapangan kerja itu akan tersedia karena, dalam melakukan penarikan iuran nanti, PT Megatama menggunakan pelayanan dari pintu ke pintu. Selama ini, para pemilik pesawat televisi (yang berdisiplin) membayar iurannya ke kantor pos. Sekarang, tentu, menjadi kehilangan alasan untuk menghindar, karena malas atau lupa. Maka, tidak mengherankan jika dengan melalui swasta ini, kabarnya, pihak Yayasan TVRI mengharapkan setiap tahunnya akan mengumpulkan sekitar Rp 80-100 milyar. Perhitungan itu berdasarkan harga iuran televisi berwarna Rp 3.000 dan hitam putih Rp 1.500. Sedangkan jumlah pemilik pesawat televisi di seluruh pelosok negeri, berdasarkan perhitungan PT Megatama, jauh lebih banyak dari yang tercatat di Perum Pos dan Giro, yang hanya sekitar enam juta pesawat. Menurut Joni Hermanto, salah seorang bos PT Megatama, jumlah sambungan listrik di seluruh Indonesia ada 10,5 juta. Sudah bisa dipastikan, kalau ada sambungan listrik, tentunya ada televisi. Bahkan, di desa, banyak televisi dihidupkan dengan aki. Belum lagi jumlah pesawat di hotel, bisa 400 buah pada satu hotel saja. Perkiraan jumlah pesawat televisi yang dihitung oleh PT Megatama masih belum final. "Semuanya masih seperti kucing dalam karung," kata Joni. Setelah mendapatkan kepercayaan dari Yayasan TVRI itu, PT Megatama (berkantor di Wisma Antara lantai IV) akan memulai kerja penarikan iuran itu Januari tahun depan. Memang, sebelumnya, tidak terdengar ada semacam tender. Tapi, sebenarnya, ada sejumlah perusahaan lain yang mengajukan proposalnya. Setelah dipertimbangkan, menurut Alex Leo, PT Megatamalah yang terbaik. Rupanya, perusahaan-perusahaan lain itu tidak bisa lebih efisien dibandingkan dengan PT Megatama, yang dipimpin oleh Mayjen. (Purn) Wahyu Soekoco (direktur utama) -- dan dalam jajaran komisaris ada Sudwikatmono (utama) dan Sigit Hardjojudanto (wakil komisaris utama), lalu Henry Pribadi dan Joni Hermanto sebagai anggota. Menurut Alex Leo, perusahaan lain yang mengajukan proposal bahkan masih pada taraf memberikan saran dan keinginan. Belum sedetil PT Megatama. Pihak PT Megatama sendiri mengakui, sudah lama menyiapkan sistem penarikan iuran door to door, seperti yang akan dilaksanakannya itu. Cara penarikan iuran semacam itu memang bisa memberatkan kalau dilaksanakan oleh Perum Pos dan Giro. Selama ini, sebagai pihak pengumpul iuran, Perum Pos dan Giro memang hanya bersikap pasif, tinggal menyediakan loket saja. Mustahil mereka mengerahkan pegawainya di pelbagai tempat untuk melaksanakan pekerjaan yang bukan tugas utama tersebut. Tidak mengherankan jika setiap tahunnya Perum Pos dan Giro paling banter sanggup mengumpulkan Rp 60 milyar. Melihat beban yang terlalu berat bagi Perum Pos dan Giro itu, maka pemerintah memutuskan menswastakannya. PT Megatama akan segera merekrut 11 ribu orang untuk tugas pelayanan door to door tersebut. Kabarnya, masing-masing petugas akan memperoleh gaji Rp 100 ribu sebulan. Dalam pelaksanaan tugas yang mobile itu, PT Megatama akan bekerja sama dengan Karang Taruna dan RT atau RW setempat. Laporan Liston P. Siregar (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini