CUACA selalu cerah di Bandara Soekarno-Hatta, tampaknya. Kendati dewasa ini suasana suram akibat jatuhnya harga minyak, pemerintah tetap memberikan prioritas penyelesaian proyek itu. Pekan lalu, selesai melapor kepada Presiden Soeharto, Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin mengungkapkan bahwa pemerintah memutuskan untuk membangun tahap II proyek bandar udara di Cengkareng itu. Untuk itu, Departemen Perhubungan tengah meneliti pengadaan sertifikasi, desain, dan kapasitas. Sedangkan dana dibahas bersama Tim Keppres 10, Bappenas, Departemen Keuangan, dan instansi yang berkaitan. Secara terpisah, direktur utama pengelola bandara itu, Karno Barkah, 63, mengungkapkan kepada TEMPO bahwa proyek Cengkareng sudah menelan investasi sekitar US$ 500 juta atau lebih dari Rp 500 milyar uang sekarang. Sejak bandara itu dioperasikan, 1 April 1985, modal tadi mulai memberikan penghasilan. Tahun lalu, sekitar Rp 30 miIyar lebih, dan tahun ini mungkin mencapai Rp 42 milyar. "Kalau dihitung dalam uang tunai saja, kami sudah tak disubsidi. Tapi kalau dihitung dengan penyusutan, ya, masih rugi," ujar Karno, terus terang. Insinyur yang juga telah memimpin pembangunan I pelabuhan udara internasional itu menjelaskan bahwa rencana dan desain selengkapnya pembangunan II akan selesai tahun 1987. Tahun depan juga akan sekaligus dimulai pembangunan tahap II hingga rampung sekitar tahun 1992-1993. Proyek itu nantinya tinggal menambah tiga terminal yang berhadapan dengan terminal yang sudah ada, masing-masing dilengkapi apron (tempat pesawat menaikturunkan penumpang), serta infrastruktur yang dibutuhkan. Arsitektur luarnya, menurut Karno, akan dibuat sama dengan yang ada sekarang. Tapi bagian dalamnya akan dibuat lebih besar dari yang sekarang, tertutup, serta dilengkapi lantai berjalan. Rencananya, tiga terminal baru itu khusus untuk penerbangan internasional, sedangkan terminal yang sudah ada sekarang yakni terminal A untuk penerbangan internasional, B untuk penerbangan khusus Garuda, dan C yang tidak dilengkapi belalai untuk penerbangan domestik bukan Garuda -- seluruhnya nanti khusus untuk penerbangan domestik. Apakah pembangunan tahap II memang sudah perlu dilaksanakan tahun depan? "Kalau melihat keadaan sekarang, ya, tentu orang akan bilang buat apa? Tapi, coba melihat jauh," jawab Karno. Sekarang saja, kapasitas apron untuk menampung 11 pesawat berbadan lebar di terminal A sudah jenuh. "Bila terjadi keterlambatan sedikit, sudah payah," tuturnya. Demikian pula kapasitas tiga terminal yang mampu menampung masing-masing 1.200 penumpang per jam atau tiga juta per tahun. Tahun lalu sudah lebih dari 6 juta penumpang ditampung di terminal A & B. Sampai bulan Juni untuk tahun ini ada tanda-tanda kenaikan 5%-10%, sehingga dalam dua-tiga tahun lagi kemungkinan terminal A,B,C, dibanjiri 9-10 juta penumpang. Kalau tahap II Cengkareng itu rampung, enam terminal nanti akan mampu menampung 20 juta penumpang per tahun. Apron untuk pesawat parkir pun akan jauh lebih luas. Menurut Karno, belum ada rencana penambahan jalan-pacu pesawat. Dua jalur (run-way) yang ada sekarang mampu memberi keleluasaan 74 gerak pesawat naik atau turun per jam. Sekarang ini, pada jam sibuk, paling tinggi baru 25-28 gerakan pesawat. Selain memperluas fasilitas bangunan, Karno Barkah mengakui, segi pelayanan pun harus ditingkatkan. "Penanganan bagasi misalnya. Sekarang ini 30-45 menit bagasi pertama baru keluar. Nantinya hanya dalam tempo 10 menit setelah pesawat mendarat," katanya. Demikian pula pelayanan imigrasi: rata-rata satu menit untuk tiap penumpang. MW, Laporan Toriq Hadad (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini