Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tahun Baru Harga Baru

Beberapa bahan makanan naik cukup tinggi selama bulan nopember. Bulog terus melakukan operasi pasaran inflasi di akhir tahun anggaran diperkirakan mencapai 20%. Harga dasar kopra akan ditetapkan. (eb)

27 Desember 1975 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGAIKAN layang-layang yang dapat angin, laju inflasi di Indonesia masih cukup melayang tinggi selama bulan Nopember kemarin. Ini antara lain ditandai dengan mencuatnya indeks biaya hidup dengan 2,94% satu tingkat kenaikan inflasi terbesar untuk kedua kalinya sesudah kenaikan yang terjadi dibulan September lalu. Dan siapa yang menjadi biang penyebabnya? Tentu saja bukan para juru hitung dan pengurus ekonomi negeri ini. Kendati ada juga mulut usil yang menuding kejutan hutang Pertamina tak terlepas ikut tak terlepas ikit mengangkat naik harga-harga di pasaran. tapi yang pasti, sebagaimana dikatakan oleh ahli-ahli ekonomi Pemerintah, sebagian besar disebabkan oleh naiknya indeks bahan makanan yang melompat dengan 3,46%. Benar juga. Tapi ini membuktikan betapa kisah naiknya harga beras yang diakhir pekan lalu tetap ngotot bertahan Rp 150 seliter eceran untuk jenis sedangan- masih belum selesai setelah keluarnya 'keputusan yang jatuh bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda itu pada pokoknya menetapkan kenaikan harga pembelian padi dan beras oleh BULOG dari petani. Maka tidak heran jika sepanjang Nopember lalu harga beras jenis Hongkong naik dengan 5%, sedang jenis pelita mendadak demam mencapai suhu kenaikan 12% melihat harga beras yang bak kuda lepas kendali itu, para Menteri yang tergabung dalam Dewan Stabilisasi Ekonomi langsung rapat di Bina Graha. Rapat, yang seperti biasa dipimpin Presiden Soeharto sendiri kali ini khusus memperbincangkan mengapa sang Rata Pelita RU begitu naik harganya. Tak diketahui, hasil pembicaraan kali ini, kecuali per nyataan samar-samar bahwa "Bulog akan terus melakukan operasi pasaran untuk mengendalikan harga beras". Udang Naik, Kopra Rendah Di samping 2 beras, beberapa harga bahan makanan lain juga menunjukkan kenaikan cukup tinggi selama bulan Nopember. "Penyesuaian" alias dinaikkannya harga gula seiring dengan dimulainya sistim bagi-hasil dengan petani gula menyebabkan harga si manis membumbung tinggi 11%. Sementara musim hujan dan angin mengurangi hasil udang yang dijaring nelayan, menyebabkan harganya naik 9%. Juga harga terigu yang tak menentu mendrong harga mie meloncat naik 7%. Beberapa bahan pangan lain memang turun harganya. Tapi bagi rakyat kecil tak ada yang disambut dengan lebih gembira selain turunnya harga minyak goreng dengan 5%. Ini menuunjukkan betapa harga kopra masih berada pada titik terendahnya. Maka bisa dimengerti kalau suara dari petani dan koperasi kopra makin santer akhir-akhir ini memohon agar pemerintah menetapkan harga dasar bagi kopra. Tapi pemerintah sendiri rupanya belum punya sikap tegas yang membuat para petani kelapa belum sembuh pusingnya. Dengan demikian, tingkat inflasi Indonesia selama 1975 sampai bulan lalu sudah mencapai 17,2%. Mengingat lonjakan permintaan selama Natal dan Tahun Baru ini, maka inflasi selama bulan Desember mungkin bisa mencapai 1-2%. Jadi total jenderal tingkat inflasi untuk seluruh 1975 nanti akan bertenger pada ketinggian 18--19%. Yang jelas ini merupakan tingkat yang agak rendah dibandingkan dengan inflasi selama tahun lalu (1974) yang mencapai 33%. Dilihat pada pelaksanaan APBN 1975/76, maka tingkat inflasi (dihitung dari Maret s/d Nopember) sudah menunjukkan angka 12%. Masa anggaran masih akan berjalan 4 bulan lagi. Dan bila tak ada perkembangan yang luar biasa, maka inflasi di penghujung tahun anggaran akan bisa mencapai 20%. Ini sesuai dengan sasaran yang semula ditetapkan Pemerintah. Inflasi yang mereda di sini sedikit banyak merupakan cermin dari redanya inflasi di seluruh dunia. Negara-neara industri rupanya mulai berhasil mengendalikan inflasi, sementara resesi yang mencekamnya selama ini diperkiraka akan berkurang akhir tahun ini. Dan ekonomi dunia diharapkan pulih kembali tahun 1976 nanti. GNP beberapa negara industri selama kwartal ketiga ini sudah menunjukkan angka positif sesudah kwartal-kwartal sebelumnya selalu minus. Keuntungan perusahaan-perusahaan raksasa sudah mulai pulih lagi. Mereka nampaknya mulai asyik lagi meningkatkan produksinya. Karena Indonesia paling banyak berhubungan dengan Jepang dan AS, apa yang terjadi pada ekonomi kedua negara itu terus merupakan titik perhatian Prof. Widjojo dan, terutama dalam mempersiapkan RAPBN 1976/77 nanti. Inflasi di Jepang sudah turun separo dari tingkatnya semula, dan usaha reflasi yaang cukup berani oleh PM Takeo Miki telah menelorkan hasil lebih baik dari negara industri lainnya. Selama 1975, di kala negara industri lain mengalami pertumbuhan GNP nol - bahkan negatif Jepang akan mengalami pertumbuhan 22% sesudah tahun lalu ekonomi Jepang tak tumbuh sama sekali. Dan tahun 1976 ekonomi Jepang diperkirakan akan tumbuh dengan 5,6%,. Jumlah ini separo dari tingkat pertumbuhan sebelumnya, tapi merupakan tingkat pertumbuhan tertinggi sesudah AS. Ini berita baik bagi Indonesia-- sekarang-kurangnya bagi Menteri Pertambangan Sadli dan para eksportir kayu di sini. Ekonomi yang membaik menye babkan perusahaan mobil terkemuka di AS meningkatkan produksinya lebih banyak dari yang direncanakan semula. Bulan Oktober kemarin mobil yang terjual mencapai titik tertingginya, hingga raksasa General Motor dan Ford sepakat akan memprodusir masing-maing 6000 dan 2000 mobil lebih banyak dari perkiraan semula. Barangkali ini kabar baik sekalipun belum menggairahkan - terutama bagi para eksportir karet di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus