MUTIARA nampaknya bukan lagi proses alamiah tanpa campur tangan
manusia. Itu terjadi dikampung Lokatai, Ujung Utara pulau
Banggai, Sualwesi Tengah. Biasanya, seekor kerang mutiara
paling banter hanya menelorkan sebutir mutiara hasil jilatan air
liurnya pada sisi dalam kulitnya yang,terluka oleh pasir atau
batu karang. Namun berkat intervensi ahli-ahli Jeapang
kerang-kerang mutiara yang disuntiki bibit mutiara sebesar biji
kacang tanah bisa menghasilkan 8 sampai 10 butir mutiara
sebesar kelereng. Hampir bulat sempurna, dengan warna putih
bening. Itulah yang terjadi di sana sejak PT Nisshin Samudera
Mutiara, sebuah kongsi Indonesia-Jepang mulai menernakkan
mutiara di sana sejak bulan Mei yang lalu.
Sudah turun temurun penduduk pulau Bangai menyelami kerang
mutiara ,di lepas pantai yang dangkal sampai kedalaman 60 meter.
Pekerjaan yang cukup berat, mengingat tekanan arus yang
kencangnya sampai 10 mil perr jam. Sesekali mereka ada menemukan
sebiji dua biji mutiara di dan kerang-kerang itu, yang bisa
dijual seharga Rp 25 ribu per biji di pulau Banggai. Kalau mau
sedikit berpayah-payah ke Luwuk, ibukota kabupaten Banggai,
imbalannya yahud pula: di sana harganya bisa Rp 80 ribu butir.
Namun yang dicari penduduk sana bukan hanya mutiara, tapi juga
daging dan kulit kerang mutiara.
Daging kerangnya bisa dimakan oleh yang doyan. Sedang kulit
kerangnya yang sisi dalamnya indah mengkilap dapat dibuat
segala maenan perhiasan. Hasilnya lumayan juga buat penduduk
pulau itu ketimbang hanya mengandalkan kelapa yang sedang
melorot harganya. Satu kilo kulit kerang bisa laku Rp 300 di
Ujungpandang. Itu sebabnya selama tahun 1974 yang silam 36 ribu
kilo kulit kerang mutiara tersedot dari pulau Banggai ke
Ujungpandang. Sedang tahun ini sampai bulan lalu baru 17,8 ribu
kilo kulit kerang mutiara yang tercatat masuk ke UP. Rupanya
banyak juga yang masuk lewat pintu belakang atau di bawah
tangan, sehingga lolos dari statistik duane.
Dengan masuknya kongsi Jepang yang kabarnya punya izin usaha
selama 15 tahun ke sana, terjadi perubahan dalam kehidupan
kerang mutiara di sana. Menurut laporan pembantu TEMPO Husni
Alatas yang berkunjung ke pulau itu, tepat di lepas pantai
Lokatai kini sedang diternak 4175 kerang mutiara yang sudah
disuntiki bibit mutiara. Hasilnya akan dipanen 3 sampai 5 tahun
mendatang. Adapun penyelaman kerang mutiara untuk disuntiki itu
tidak dilakukan oleh kongsi Jepang itu sendiri. Melainkan tetap
digarap oleh PT Harapan yang sebelumnya sudah beroperasi di
sana, dengan 14 penyelam dari Ujungpandang. Penyelam-penyelam
alam yang sudah dibekali alat selam modern itu mendapat upah Rp
40 buat setiap kerang mutiara yang diangkatnya dari dasar laut.
Sedang awak kapal motor yang mengantar para penyelam
pergi-pulang ke tengah laut kebagian Rp 10/kerang. Berapa harga
jual setiap kerang dari PT Harapan pada PT Nisshin itu,
dirahasiakan oleh kedua konco da gang itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini