Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Setelah Mutiara Bunting

PT Nisshin Samudera Mutiara (kongsi indonesia- jepang) menternakan mutiara di pantai lokatai, pulau banggai, sulawesi tengah. kerang mutiara disuntik bibit mutiara, hasilnya dipanen 3-5 th mendatang. (eb)

27 Desember 1975 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUTIARA nampaknya bukan lagi proses alamiah tanpa campur tangan manusia. Itu terjadi dikampung Lokatai, Ujung Utara pulau Banggai, Sualwesi Tengah. Biasanya, seekor kerang mutiara paling banter hanya menelorkan sebutir mutiara hasil jilatan air liurnya pada sisi dalam kulitnya yang,terluka oleh pasir atau batu karang. Namun berkat intervensi ahli-ahli Jeapang kerang-kerang mutiara yang disuntiki bibit mutiara sebesar biji kacang tanah bisa menghasilkan 8 sampai 10 butir mutiara sebesar kelereng. Hampir bulat sempurna, dengan warna putih bening. Itulah yang terjadi di sana sejak PT Nisshin Samudera Mutiara, sebuah kongsi Indonesia-Jepang mulai menernakkan mutiara di sana sejak bulan Mei yang lalu. Sudah turun temurun penduduk pulau Bangai menyelami kerang mutiara ,di lepas pantai yang dangkal sampai kedalaman 60 meter. Pekerjaan yang cukup berat, mengingat tekanan arus yang kencangnya sampai 10 mil perr jam. Sesekali mereka ada menemukan sebiji dua biji mutiara di dan kerang-kerang itu, yang bisa dijual seharga Rp 25 ribu per biji di pulau Banggai. Kalau mau sedikit berpayah-payah ke Luwuk, ibukota kabupaten Banggai, imbalannya yahud pula: di sana harganya bisa Rp 80 ribu butir. Namun yang dicari penduduk sana bukan hanya mutiara, tapi juga daging dan kulit kerang mutiara. Daging kerangnya bisa dimakan oleh yang doyan. Sedang kulit kerangnya yang sisi dalamnya indah mengkilap dapat dibuat segala maenan perhiasan. Hasilnya lumayan juga buat penduduk pulau itu ketimbang hanya mengandalkan kelapa yang sedang melorot harganya. Satu kilo kulit kerang bisa laku Rp 300 di Ujungpandang. Itu sebabnya selama tahun 1974 yang silam 36 ribu kilo kulit kerang mutiara tersedot dari pulau Banggai ke Ujungpandang. Sedang tahun ini sampai bulan lalu baru 17,8 ribu kilo kulit kerang mutiara yang tercatat masuk ke UP. Rupanya banyak juga yang masuk lewat pintu belakang atau di bawah tangan, sehingga lolos dari statistik duane. Dengan masuknya kongsi Jepang yang kabarnya punya izin usaha selama 15 tahun ke sana, terjadi perubahan dalam kehidupan kerang mutiara di sana. Menurut laporan pembantu TEMPO Husni Alatas yang berkunjung ke pulau itu, tepat di lepas pantai Lokatai kini sedang diternak 4175 kerang mutiara yang sudah disuntiki bibit mutiara. Hasilnya akan dipanen 3 sampai 5 tahun mendatang. Adapun penyelaman kerang mutiara untuk disuntiki itu tidak dilakukan oleh kongsi Jepang itu sendiri. Melainkan tetap digarap oleh PT Harapan yang sebelumnya sudah beroperasi di sana, dengan 14 penyelam dari Ujungpandang. Penyelam-penyelam alam yang sudah dibekali alat selam modern itu mendapat upah Rp 40 buat setiap kerang mutiara yang diangkatnya dari dasar laut. Sedang awak kapal motor yang mengantar para penyelam pergi-pulang ke tengah laut kebagian Rp 10/kerang. Berapa harga jual setiap kerang dari PT Harapan pada PT Nisshin itu, dirahasiakan oleh kedua konco da gang itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus