Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tak Antraks Menggapai Pasar

Antraks tak menyurutkan permintaan daging menjelang Lebaran. Harga malah naik.

1 November 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANPA aroma kecap dan bumbu kacang, kambing muda itu terpanggang di gemeretak api. Hangus. Dengan air muka gundah, penduduk di Citaringgul, Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat, menyaksikan "ritual" pembakaran kambing-kambing muda itu, awal pekan lalu.

Beberapa hari sebelumnya, enam orang tewas di kampung itu, delapan masuk rumah sakit, gara-gara? ya menyantap sup kambing. Pemerintah cepat bereaksi: meminta semua kambing dan sapi di kampung itu dimusnahkan karena terserang penyakit antraks. Citaringgul diisolasi dari lalu-lintas hewan sampai tiga bulan ke depan.

Sekitar 50 kilometer dari Citaringgul, di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan, pembeli dan pedagang daging bergeming. "Enggak ngaruh," kata Emen, penjual daging yang punya pelanggan setia. Kalaupun belakangan ini ia cuma menjual empat-lima sapi dari biasanya sepuluh setiap hari, "Itu lantaran harganya naik," katanya. Bukan karena antraks.

Harga daging sapi memang naik di beberapa pasar di Jakarta, dari Rp 38 ribu menjadi Rp 40 ribu per kilo. Kabar horor dari Babakan Madang juga tak mampir ke toko daging milik Aziz. "Pelanggan sangat percaya daging di sini aman," tuturnya. Memang ada pelanggan yang menanyakan antraks, tapi tak sampai membatalkan pembelian?sekadar bertanya.

Rupa-rupa pendapat konsumen. Ada yang tak terlalu peduli karena merasa yakin daging di pasar sudah diperiksa, seperti Armin dan Rosyda, dua pembeli yang ditemui Tempo di pasar daging. Tapi Ari, ibu rumah tangga di Jakarta Selatan, tak mau lagi ke pasar biasa. Ia memilih ke toko swalayan karena di sana daging dipajang di etalase gemerlap, terbungkus plastik, merah menggairahkan.

Ari yakin daging di pasar swalayan sudah melewati pemeriksaan seksama. Kalau toh belakangan menimbulkan penyakit, ia merasa lebih mudah melancarkan tuntutan terhadap toko swalayan. "Kalau di pasar tradisional, mau menuntut ke mana?" katanya.

Menurut Mashudi, karyawan yang bertugas di gerai daging toko swalayan Hero Barito, permintaan daging sapi, kambing, dan ayam di toko itu naik dan turun. "Memang begitu biasanya," katanya. Ketua Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia, Rochadi Tawaf, juga mengatakan antraks tak mempengaruhi penjualan daging.

Indonesia, katanya, masih memotong sekitar 2 juta ekor sapi per tahun, 40-50 persen diserap pasar Jakarta dan Bandung. Malah sekarang harga daging menanjak, terutama jantung sapi impor. "Tukang bakso menyerap hingga 70 persen," katanya. Tahun lalu, dari 12 ribu ton daging impor asal Amerika, 80 persen jenis jeroan, yakni jantung.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu juga mengatakan tidak ada penurunan permintaan daging karena antraks. Harga daging dari Indramayu, Jawa Barat, sampai Surabaya rupanya ikut kebal terhadap isu antraks. Permintaan di sana tetap tinggi, sehingga harganya pun naik mendekati Lebaran.

Rochadi lebih khawatir terhadap masuknya daging impor ilegal, karena memukul harga daging lokal. Daging sapi impor, misalnya, dijual hanya Rp 10 ribu-Rp 12 ribu per kilo, atau sepertiga harga daging lokal. Jantung sapi lokal Rp 17 ribu-Rp 23 ribu per kilo, yang impor cuma sekitar Rp 10 ribu.

Di toko swalayan seperti Hero, harga daging sapi bisa turun sekitar 10 persen dari harga semula yang Rp 40-an ribu per kilo. Penurunan terjadi, kata Mashudi, karena kelebihan stok di perusahaan daging. Tapi ia yakin harganya akan kembali normal dalam dua hari. Tidak ada standar harga daging sehingga ada perbedaan di setiap daerah.

I G.G. Maha Adi, Purnomo R. Gontha

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus