BEDUK magrib berdentum, disusul, suara azan, lalu bergema lagu-lagu beri irama padang pasir Santapan pembuka boleh pllih: beberapa jenis manisan atau kurma. Tentu saja disajikan minuman segar. Boleh salat magrib atau langsung berputar, mengelilingi meja: hidangan buka puasa disajikan secara prasmanan. Untuk suasana yang nyaman itulah hotel-hotel berbintang lima di Jakarta menawarkan acara buka puasa dengan tarif Rp 5.000 sampai Rp 6.500 - makan sekenyangnya. Acara itu diiklankan hampir-hampir seperti "menjual" acara pesta tahun baru. Tamu yang datang juga lumayan. Bahkan, kalau di Hotel Mandarin, tergelar juga acara sembahyang tarawih. Suasananya agak lain karena, percaya atau tidak tarawih juga bisa menjadi alat promosi yang efektif. Tidak percaya? Mumpung masih dalam bulan Ramadan, buktikanlah: di lantai empat Hotel Mandarin. Salat tarawih di ruang Esquire ini diselenggarakan PT Safari Walisongo Tour untuk menarik para calon jemaah haji. Maka, tak usah heran jika selama bulan puasa ini banyak pengunjung hotel yang bersarung atau kerudung. Bisnis baru? Bukan. Sebab, sebelum acara tarawih di Mandarin ini, Safari Walisongo sudah memanfaatkan Hotel Indonesia untuk menyelenggarakan Malam Dakwah. Tujuannya sama, mencari calon jemaah haji. Bahkan, untuk menarik pengunjung, ada hadiah door prize - untuk acara Malam Dakwah. Hebat, 'kan? "Daripada saya harus pasang iklan, yang sekali pasang Rp 3 juta, 'kan lebih baik begini - sasarannya tepat dan bermanfaat," kata Datuk Hakim Thantawi, Komisaris Safari Walisongo. Sebagai agen perjalanan, yang lebih banyak menyelenggarakan umrah dan "haji eksekutif", Safari Walisongo memang harus bersaing keras dengan Tiga Utama, Natrabu, Musi Holiday, Patuna, Linda, dan beberapa perusahaan perjalanan lainnya yang mendapatkan izin menyelenggarakan "ONH Plus". "Kami harus bersaing dengan tarif US$ 6 ribu," kata D. Setiawan, Manajer Eksekutif Safari. KONON, karena persaingan yang ketat itulah, muncul ide tarawih dan dakwah di hotel. Gayung bersambut: ide yang sama muncul dari Hotel Mandarin. Setelah berembuk dengan Mandarin Infaq Club, akhirnya, Safari dikenai tarif Rp 300 ribu per malam untuk menggunakan ruang Esquire berikut konsumsi untuk 75 orang. Tarif ekstra, memang, sebab di Esquire biasanya Rp 4.500 per kepala. Pada malam-malam pertama, pengunjung masih sedikit. Tapi, setelah diumumkan di koran, jemaah tarawih meledak melebihi 100 orang. Mereka tentu bukan orang kebanyakan: selain Wakasad Letjen Try Sutrisno, tampak juga beberapa bintang layar perak, seperti Ratno Timoer dan Jenny Rachman. Agar lebih menarik, "Kami mengundang Pak Emil Salim untuk berceramah," kata Setiadi. Di mana letak promosinya? Dalam ceramah diadakan tanya jawab soal naik haji. Penanyanya, terutama, . . . para pegawai Safari sendiri. Di ruang Esquire itu memang tak ada poster-poster. Hanya ada brosur. Hasilnya, baru seminggu Puasa berlalu, sudah terdaftar tidak kurang dari 100 calon jemaah haji. Artinya, 50% dari target Safari, 200 orang, telah tercapai. Ck . . . ck . . . ck.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini