MESKIPUN tanpa acara pemukulan gong, para makelar saham di Bursa
Efek Jakarta tampak bergairah pekan lalu. Ruangan perdagangan
efek di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, yang biasanya kesepian
dan lesu itu hidup kembali dengan munculnya penjualan perdana
saham PT Century Textile Industry (Centex). Ketika Latu Konsina,
pimpinan call membuka sidang dengan kurs Rp 5500 per saham,
lang$ung terJadi tawar-menawar di antara para makelar. Hari itu,
22 Mei, perantara dari Indovest, International Financing &
Investmentdan Bank Central Asia mengacungkan tangannya begitu
bel berdering. "Mau jual atau beli," tanya pimpinan. "Jual
dengan harga Rp 5700 per saham, " jawab mereka serentak.
Mungkin untuk memancing harga makelar, PT Ficorinvest mengajukan
tawaran pertama Rp 5.500. Tapi kurs itu kemudian naik ke Rp
5.575, dan Perdanas minta Rp 5.675 tapi masih disambut diam.
Melihat perkembangan harga kurs ini pimpinan call mengingatkan
bahwa sesuai dengan peraturan, kenaikan kurs setiap hari
dibatasi maksimal 4%. Dengan cepat perantara dari Bank Central
Dagang dan PT Multicor menyebut Rp 5700 yang membuat Indovest,
IFI dan BCA manggut tanda setuju. Dengan demikian kurs saham PT
Centex adalah Rp 5700 dengan peredaran sebanyak 430 lembar. Kurs
tersebut terjadi dengan sisa beli. Artinya masih banyak
permintaan yang belum terpenuhi.
Berbeda dengan hari-hari biasa penjualan saham Centex di Pasar
Modal (PM) ditutup dengan tepuk tangan hadirin. Kemudian
sekretaris Bapepam IBP Sarga angkat gelas (toast) dengan Dir-Ut
PT Centex, Sadao Naruse, para penjamin err.isi (under7vritersJ
dan para pejabat PT Danareksa. Maka den8an adanya saham Centex,
jalannya transaksi di Bursa mulai ramai setelah PT Semen
Cibinong sendirian sebagai 'pemain tunggal' sejak 10 Agustus
1977.
"Animo masyarakat sungguh di luar dugaan," kata Hary Suharnoko
dari PT ASEAM, lembaga keuangan non bank yang ikut menjadi
penjamin emisi baru Centex. "Semua jatah ASEAM senilai Rp 24,9
juta sudah terjual habis, bahkan masih banyak permintaan yang
terpaksa ditolak." Dan "kalau tidak dibatasi persediaan kami pun
sudah habis sebelum penjualan di bursa," ujar Andi Buana dari
BCA yang ikut memasarkan saham Centex. Maka Handrisaroso
Tedjokusumo, Dir-Ut PT Finconesia, satu dari tiga penjamin emisi
utama Centex beranggapan perdagangan saham Centex di PM "sebagai
permulaan yang baik." Tapi berapa lembar saham Centex yang
dimasyarakatkan?
Saham yang ditawarkan lewat PM berjumlah 116.000 lembar baru
dengan penawaran Rp 5.500 tiap saham. Atau dengan harga nominal
seluruhnya sejumlah Rp 580 juta (15%). Sedang nilai nominalnya
semula adalah Rp 5000 tiap saham. Maka dengan goublicnya Centex
perbandingan pemilikan saham pihak Indonesia meningkat dari 17%
menjadi 32,083%. Pihak Jepang yang tadinya 80% kini menjadi
67,917%.
Tapi Tanpa Sertifikat
Tapi kenapa go-public (memasyarakat)? "Untuk memenuhi anjuran
pemerintah dan penambahan modal kerja," jawab Sadao Naruse.
Dir-Ut Centex itu menambahkan "prinsipnya Centex akan terus
berusaha meningkatkan pemilikan saham pihak Indonesia."
Dalam memasarkan saham Centex ini tak kurang 8 lembaga keuangan
non bank ikut ambil bagian di samping Bapindo. Yang terbesar
adalah PT Danareksa dengan mengambil sebanyak 36.500 lembar
saham atau sekitar 31,46%. Karena sahamnya terdiri dari pecahan
kecil (Rp 5.000) "Danareksa tidak menerbitkan sertifikat," kata
J.A. Sereh, Dir-Ut PT Danareksa. Para peminat langsung dapat
berhubungan dengan para makelar untuk membeli saham aslinya. Dan
banyaknya penjamin emisi yang terjun dalam Centex menurut Sereh
adalah "untuk memupuk kerjasama di antara para penjamin dan
saling mencari pengalaman."
Menurut Handrisaroso Tedjokusumo dari Finconesia tahun ini juga
bakal memasyarakat beberapa perusahaan besar. Misalnya
perusahaan Jepang Tifico yang akan memasyarakatkan sahamnya
sekitar Rp 10 milyar. Diperkirakan Agustus atau September nanti
PT BAT, produsen rokok putih yang besar itu juga akan
memasyarakat dengan ancer-ancer saham sejmlah Rp 16 milyar.
"Semuanya itu menghendaki modal besar, kerapian organisasi dan
pasaran yang luas," kata seorang penjamin emisi. Maka mulai dari
sekarang para penjamin, agen penjualan maupun makelar sudah
harus kampanye.
Dalam hal saham Centex misalnya, BCA sampai memanggil
kepala-kepala cabangnya untuk ditingkatkan pengetahuannya
mengenai perdagangan efek. Maka tak heran akhir pekan lalu, kurs
saham Centex naik lagi menjadi Rp 6.025 dengan peredaran
sebanyak 220 saham dan terjadi dengan sisa beli yang lumayan
besarnya. Dan kurs itu oleh pihak Bapepam maupun Danareksa masih
dianggap normal tanpa memerlukan intervensi dari Danareksa.
"Naiknya kurs itu kan karena dividen yang pertama akan dibayar
September," kata seorang makelar.
Masuk akal kalau perusahaan tekstil raksasa di Ciracas, Pasar
Rebo, Jakarta Timur yang punya 1.200 karyawan itu merasa sudah
waktunya untuk melempar sebagian sahamnya ke luar. Berbeda
dengan banyak perusahaan lain, adalah tekstil yang merasa mujur
dengan adanya Kenop-15, karena dirangsang sertifikat ekspor
setinggi 16,16%. Produksinya yang dikenal dengan merek
Cendrawasih itupun ditargetkan sekitar 35 juta yard dalam tahun
ini, dan 30% di antaranya sampai September nanti, sudah
dikontrak untuk diekspor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini