Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Telkom-Indosat Tukar Guling Setengah Hati?

Pemegang saham Telkom dan Indosat menyetujui transaksi tukar guling senilai US$ 1,5 miliar. Karyawan Telkom di Jawa Tengah tetap menolak.

20 Mei 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEGAWAI PT Telkom Jawa Tengah dan Yogyakarta ramai berdemo, tapi para juragan Telkom dan Indosat ternyata tak mempedulikan mereka. Dalam rapat umum pemegang saham yang berlangsung Jumat pekan lalu, semua pemilik kedua perusahaan publik ini tetap menyetujui tukar guling sejumlah aset perusahaan senilai US$ 1,544 miliar yang diprotes sebagian karyawan itu. Walhasil, Telkom kini menjadi pemegang saham mayoritas di Telkomsel. Adapun sebagai imbalannya, Indosat menguasai mayoritas saham di Aplikanusa Lintasarta, mendapat saham di Satelindo, dan mendapatkan aset Telkom di Divisi Regional IV, Jawa Tengah dan Yogyakarta, dengan harga pembelian US$ 375 juta (lihat tabel). Keputusan itu memang memupuskan harapan karyawan Telkom yang ingin transaksi itu dibatalkan. Dalam penilaian mereka, harga aset Telkom itu terlalu murah. Pengurus Serikat Pekerja Karyawan Telkom (Sekar Telkom), H.M. Ismail, mengungkapkan bahwa berdasarkan audit ABN-Amro, nilai aset Divisi Regional IV mencapai US$ 923 juta. "Mengapa hanya dijual US$ 375 juta?" tanya Ismail. Karena itulah Sekar Telkom akan terus memperjuangkan agar transaksi itu digagalkan. "Closing transaksi ini baru akhir Januari 2002. Kita akan melakukan lobi-lobi agar transaksi itu dibatalkan," kata Sjarul Achyar, Ketua Sekar Telkom Jawa Tengah-Yogyakarta. Pemerintah sendiri tampaknya juga memberikan peluang atas upaya penggagalan transaksi tersebut. Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi Agum Gumelar mengatakan bahwa pihaknya akan memperjuangkan aspirasi karyawan Telkom. "Waktunya masih lama dan apa pun bisa terjadi dalam kurun waktu itu," kata Agum. Dia mengungkapkan bahwa persetujuan pemerintah saat ini merupakan wewenang Menteri Keuangan sebagai kuasa pemegang saham, sedangkan "kebijakan di bidang korporasi bukan wewenang saya," katanya. Sumber TEMPO mengungkapkan kemungkinan dimanfaatkannya rapat umum luar biasa pemegang saham sebagai strategi terakhir untuk menggagalkan transaksi tersebut. Apalagi, menurut berbagai sumber TEMPO di Telkom, institusi mereka sebetulnya tak rela melepas Divisi Regional IV ke Indosat. Hal ini dianggap wajar oleh Ismail. "Ibaratnya, Jawa ini sawah yang subur, kenapa kita harus melepas sebagian dari lahan itu?" katanya. Lagi pula, masih kata Ismail, jaringan telekomunikasi di Jawa Tengah dan Yogyakarta tergolong paling modern dibandingkan dengan daerah lain, di antaranya karena sudah banyak yang menggunakan serat optik. Bahkan, sebuah sumber di Telkom mengakui bahwa gerakan Sekar Telkom sebenarnya atas dorongan institusi. Sebab, bagi karyawan Telkom, pindah majikan ke Indosat seharusnya menguntungkan karena berarti peningkatan gaji "sekitar 30 persen," kata sumber tadi. Tapi Direktur Operasi dan Pemasaran Telkom, Komaruddin Sastrakoesoemah membantah bahwa Telkom tidak rela melepas Divisi Regional IV. "Kita mengikuti semua kebijakan pemerintah. Jika kita memang diminta berkompetisi, ya, akan kita lakukan," katanya. Bahwa Jawa Tengah dan Yogyakarta yang harus dilepaskan, Komar kembali mengatakan bahwa pemerintahlah sebagai pemegang saham terbesar Telkom yang memutuskan. Menurut Komar, dalam UU Nomor 36/1999 memang disebutkan bahwa monopoli dihapuskan dan dibuka terjadinya kompetisi. Karena itulah pemerintah kemudian memutuskan mekanisme tukar guling untuk mengikuti aturan itu dan menolak pilihan merger. Bagi Indosat, kata Direktur Pengembangan Perusahaan, Budi Prasetyo, pilihan terhadap Jawa Tengah dan Yogyakarta itu karena saham Indosat di MGTI jauh lebih besar ketimbang saham Indosat di konsorsium Pramindo Ikad Nusantara. Pramindo adalah pengelola proyek kerja sama operasi (KSO) di Sumatra, yang hanya 13 persen sahamnya dikuasai Indosat. "Pengambilalihan ini memberi Indosat peluang masuk ke jaringan fixed line," kata Budi. Selama ini, Indosat memang hanya bergerak di saluran telepon internasional, seluler, dan multimedia. Karena itu, Budi menjamin bahwa tidak akan ada rasionalisasi pegawai seperti dikhawatirkan sebagian karyawan Telkom. Namun, seperti dikatakan Agum Gumelar, hasil akhir pengambilan aset itu masih diselimuti banyak kemungkinan. Lagi pula direksi Telkom dan Indosat harus segera mencari jalan keluar agar pemogokan yang dilakukan karyawan Telkom di Divisi Regional IV sejak Selasa pekan lalu dapat diakhiri dengan baik. Sebab, sebaik apa pun perencanaan para pemegang saham, tak akan ada gunanya jika tak ada yang melaksanakannya di lapangan. M. Taufiqurohman, Dewi Rina Cahyani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus