rap must resign now!" Itulah sebaris pesan lewat short message service (SMS), yang sempat ngetrend di kalangan pengguna ponsel Filipina, Januari 2001 lalu. Meski pesannya sangat pendek, isi SMS itu punya implikasi yang sangat panjang. Maklum, pesan tersebut tidak hanya dikirim ke satu pemilik ponsel, tapi terus digandakan secara berantai ke pemilik ponsel yang lain. Akumulasi pesan seperti itu?juga pesan SMS anti-Estrada yang lain?ternyata mampu membuhulkan semangat di kalangan rakyat, yang sudah tak percaya lagi pada Presiden Filipina, Yoseph Estrada. Sejarah pun mencatat munculnya People Power II di Filipina, yang berhasil memaksa Estrada mundur dari jabatannya.
Sulit dimungkiri, dalam peristiwa yang memunculkan figur presiden baru Filipina Gloria Macapagal Arroyo itu, pengiriman SMS berantai memang punya peran penting. Dengan fasilitas tersebut, kalangan anti-Estrada dapat saling mengompori semangat dan melakukan koordinasi dengan yang lain untuk menjalankan aksi penentangan. Bayangkan, jika pengiriman pesan SMS seperti itu tidak dimungkinkan. Para koordinator lapangan aksi demon-strasi, misalnya, terpaksa menelepon satu demi satu koleganya. Selain lebih repot dan gampang disadap, biayanya juga jauh lebih mahal. Sebab itu, tak berlebihan kalau Joyce Munsayac, salah satu koordinator lapangan aksi, menyatakan, "Pesan teks melalui ponsel seperti itu memang sangat membantu komunikasi di antara kita."
Tentu saja, meningkatnya pengiriman pesan lewat SMS yang dilakukan Munsayac dan kawan-kawan membawa berkah tersendiri bagi perusahaan penyedia ponsel di Filipina. Smart Communication Incorporated, misalnya, mencatat peningkatan sampai 55 persen selama sepekan penggulingan Estrada. Dalam pekan sebelumnya, mereka hanya mengirim 45-50 juta, tapi selama tanggal 15-21 Januari 2001, mereka mesti mengirim SMS sampai 70 juta.
Peningkatan yang sama dialami Globe Telecom, pesaing Smart. Perusahaan yang memiliki 720 ribu pelanggan ini?sebagian besar menggunakan jasa telepon digital?biasanya mengirim SMS 18 juta per hari. Tapi, dalam pekan itu, pengiriman SMS melonjak sangat pesat. Bahkan seorang pelanggan bisa mengirim sampai 300-400 pesan. Taruhlah, persentase peningkatannya sama dengan Smart, berarti dalam sehari ada sekitar 28 juta pengiriman SMS.
Lalu, berapa fulus yang bisa dikeruk dari melonjaknya pengiriman SMS itu? Untuk sekali pengiriman SMS sesama pelanggan Globe, dikenakan biaya satu peso (sekitar Rp 230), sedangkan untuk lintas pelanggan Globe ke Smart atau sebaliknya, dikenakan biaya dua peso. Dengan hitungan itu, berarti dalam sehari Globe bisa meraup uang minimal Rp 6,4 miliar. Total jenderal, selama sepekan aksi penggulingan Estrada, perusahaan ini mampu mengantongi minimal Rp 44,8 miliar. Sementara itu, dengan tarif yang sama, Smart bisa meraup minimal Rp 2,3 miliar sehari atau Rp 16,1 miliar selama sepekan!
Menurut survei yang dilakukan lembaga riset Asia Market Intelligence (AMI), Singapura, dengan Fakultas Psikologi UI, Januari 2001, orang Filipina memang hobi mengirim SMS. Survei yang melibatkan 5.000 responden di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan India itu menyatakan, "Satu dari dua pengguna ponsel, baik pria maupun wanita Filipina, rata-rata mengirim SMS lebih dari 10 kali sehari."
Dwi Wiyana, dari berbagai sumber
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini