Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAK dahaga tak terpuasi, Temasek Holdings terus mengincar perusahaan bergengsi di Indonesia. Kali ini, perusahaan investasi dari Singapura itu berkehendak membeli PT Chandra Asri Petrochemical, perusahaan petrokimia yang dibangun patungan antara Prajogo Pangestu dan Marubeni Corporation dari Jepang.
Perusahaan ini memproduksi 510 ribu ton etilen, 240 ribu ton propilen, dan 300 ribu ton polietilen per tahun. Sejak berdiri pada 1989, Chandra Asri baru bisa mencetak arus kas positif mulai 2004.
Chandra Asri dibangun dengan total biaya US$ 1,6 miliar. Marubeni memberikan pinjaman US$ 700 juta. Ketika krisis, Chandra Asri hampir bangkrut sehingga masuk program penyelamatan di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Pada akhir 2002, BPPN menjual semua saham dan utang yang sudah direstrukturisasi di Chandra Asri kepada Glazers & Putnam dari Malaysia, dengan diskon 94 persen.
Kepemilikan Chandra Asri pun berubah. Commerzbank International Trust Singapore (CITS) menguasai 24,59 persen, PT Inter Petrindo Inti Citra 49,55 persen (milik Prajogo Pangestu), dan Glazers & Putnam Investment 25,86 persen.
Kini santer kabar, Temasek akan mengakuisisi saham milik CITS dan Glazers. Jika ini terjadi, Temasek menjadi mayoritas dengan 50,45 persen saham. Ketika dikonfirmasi, Rachel Lin, Associate Director Corporate Communication Temasek Holdings, melalui surat elektronik, mengatakan tidak bisa berkomentar tentang spekulasi di pasar itu.
Marubeni pun tak bersedia memberikan penjelasan. Staf di perusahaan itu menyarankan untuk menanyakan kepada Chandra Asri. Jawaban datang dari Chandra Asri. Suhat Miyarso, Sekretaris Perusahaan Chandra Asri, seperti dikutip Investor Daily, mengatakan Temasek memang berniat membeli saham Chandra Asri.
Dia menambahkan, eksekutif perusahaan Singapura itu sudah berkunjung beberapa kali, sebagai persiapan akuisisi. Menurut dia, Temasek serius menggantikan Marubeni. ”Tapi ada juga investor lain yang berminat,” katanya.
Masih menurut Investor Daily, pengambilalihan saham Chandra Asri melalui dua tahap. Pertama, Temasek akan mengakuisisi CITS dan Glazers. Setelah itu, Temasek akan menukar portofolio surat utang CITS ke Marubeni dan menukar obligasi konversi Barito dengan saham dan utang Marubeni di Chandra Asri.
Marubeni akan menukar obligasi konversi Barito milik CITS dengan 40 persen saham di PT Tanjung Enim Lestari, dan utang US$ 80 juta ditambah 39,55 persen saham di PT Musi Persada. Dengan skenario ini, Temasek akan menguasai lebih 50 persen saham Chandra Asri.
Nilai akuisisinya mencapai US$ 700 juta. ”Kepastian baru diputuskan pekan ini,” ujar Suhat. Marubeni, katanya, keluar dari Chandra Asri karena ingin berkonsentrasi di bisnis bubuk kertas dan industri kertas.
Perburuan Temasek terhadap perusahaan di Indonesia cukup tinggi. Sebelumnya, mereka membeli saham di PT Bank Danamon dan PT Bank Internasional Indonesia. Mereka juga memegang saham mayoritas di PT Indosat melalui Singapore Telemedia Technologies (STT).
Berdiri pada 1974, Temasek mengelola beragam portofolio global senilai S$ 90 miliar di Singapura dan kawasan Asia lainnya. Investasinya antara lain di bidang telekomunikasi, media, jasa keuangan, perumahan, transportasi, dan teknologi.
Perusahaan yang punya kaitan dengan Temasek Singapura adalah Singapore Airlines, SingTel, dan DBS Bank. Bank Danamon dan BII termasuk investasi terbaru mereka di Indonesia. Di negara lain, mereka baru saja mengakuisisi Telekom Malaysia, Group Apollo Hospital di India, dan Quintiles Corporation di Amerika.
Leanika Tanjung
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo