BENTANGAN sayap Singapore Airlines (SIA) kian lebar saja. Dalam tempo kurang dari satu bulan, SIA mengambil tiga keputusan bisnis yang cukup mencengangkan para pesaingnya. Akhir Oktober lalu, misalnya, SIA menandatangani kontrak kerja sama dengan Matsushita -- perusahaan elektronik Jepang untuk pemasangan cabin management and interactive video (CMIV) pada 20 pesawat Megatop B747-400 miliknya (TEMPO, 13 November). Beberapa hari kemudian, SIA membuka jalur Jakarta-Hiroshima (Jepang). Langkah itu dinilai cukup berani, sebab Hiroshima baru membuka bandaranya untuk penerbangan internasional, 1 November lalu. Terakhir, Senin pekan lalu, SIA menandatangani kerja sama mendirikan maskapai penerbangan nasional Kamboja, Royal Air Cambodge (RAC). Telah disepakati andil SIA 40%, sisanya dimiliki pemerintah setempat. Nilai investasinya akan dipastikan akhir Desember depan, pada perundingan babak lanjutan. Menurut Dr. Cheong Choong Kong, Direktur Operasi SIA, pihaknya juga membantu peralatan teknis dan tenaga pilot. Karena itu, posisi direktur pelaksana dipegang SIA, sedangkan katering dan kargo ditangani RAC. Investasi di RAC dinilai menguntungkan karena Kamboja dianggap memiliki potensi wisata cukup besar di ASEAN. RAC, yang akan beroperasi medio 1994 itu, selain melayani jalur domestik, juga tiga jalur internasional dari Phnom Penh ke Singapura, Bangkok, dan Hong Kong. Bagaimana dengan Garuda Indonesia? Sebuah sumber TEMPO di Garuda menyebutkan bahwa ''Garuda masih berkonsentrasi mengincar jalur-jalur gemuk.'' Dari Tokyo saja, pada 1992 Garuda berhasil mengangkut penumpang 400 ribu (tahun 1991, 290 ribu). Selain ke Tokyo, Garuda ke Fukuoka dan Nagoya. Namun, setelah kalah cepat merebut jalur Jakarta-Hiroshima, Garuda berencana membuka jalur Jakarta-Osaka. Kabarnya, pihak Jepang sudah menyetujui rencana tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini