Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Terobosan kujang

Pt pupuk kujang patungan mendirikan pabrik asam formiat-pengental karet. bumn ini menutup 70 % kebutuhan dalam negeri. dikelola pt sintas kurama perdana, menghabiskan dana us$ 22,9 juta.

9 Juli 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAMBAH usia tambah besar, paling tidak begitulah PT Pupuk Kujang. Untuk menyambut HUT yang ke-13 beberapa waktu lalu, perusahaan pupuk di kawasan Cikampek ini mengembangkan lagi satu unit usaha baru, yakni pabrik asam formiat -- bahan koagulasi (bahan pembeku/pengental) untuk karet, industri tekstil, dan industri kulit. Terobosan Pupuk Kujang ini bisa dicatat sebagai langkah maju yang menggembirakan. Pasalnya, kebutuhan asam formiat kita selama ini masih dicukupi oleh impor dari Taiwan, Korea Selatan, dan beberapa negara Eropa. Berarti kita bisa menghemat devisa, suatu hal yang dewasa ini memang sangat dianjurkan pemerintah. Pembangunan fisik pabrik asam formiat sudah dimulai sejak Agustus tahun lalu. Sekarang masuk tahap komisioning -- tahap pembersihan pipa-pipa, pengecekan alat kontrol, dan uji coba mesin. "Mudah-mudahan bulan depan sudah mulai berproduksi, kata Ir. Wardijasa, Direktur Utama Pupuk Kujang, pada TEMPO. Ide lahirnya pabrik asam formiat atau asam semut itu, menurut Wardijasa, timbul dari keinginan untuk memanfaatkan amonia dari hasil pembuatan pupuk urea, yang merupakan produk utama PT Pupuk Kujang. Juga, karena adanya kebutuhan karet alam yang terus menanjak. Tahun ini saja, kebutuhan asam formiat kita mencapai sekitar 7.000 ton. Dorongan itulah yang mempercepat pembangunan pabrik asam semut, yang berkapasitas sekitar 10.000 ton per tahun. Wardijasa optimistis, total produksi itu akan habis terjual. Diperkirakan sekitar 70 persen akan memenuhi permintaan dalam negeri. "Sedangkan sekitar 30 persen sudah dipesan Malaysia dan Muangthai," kata bos Pupuk Kujang ini bangga. Ir. Karso Sastradipoera, Direktur Teknik dan Perekayasaan Pupuk Kujang, menyatakan sama sekali tak ada kesulitan dalam hal bahan baku. Dengan sistem Kemira, yaitu mencampur air dan gas monoksida (CO) sisa amonia, "Semua bahan baku itu tersedia di Pupuk Kujang," kata alumnus teknik mesin ITB ini. Pabrik baru itu menempati areal seluas 2,5 hektar -- masih di dalam kawasan Pupuk Kujang yang luasnya 500 hektar -- serta menelan dana US$ 22,9 juta. Investasi sebesar itu ditanggung renteng. Pupuk Kujang menanam sekitar 50%, sedangkan sisanya ditanggung perusahaan swasta nasional: masing-masing 30% oleh PT Sarutama Wicaksana dan 20% oleh PT Gajah Pura Indah. Pabrik tersebut akan dikelola oleh PT Sintas Kurama Perdana, semacam anak perusahaan Pupuk Kujang. Dengan harga asam formiat kini -- Rp 1.200 sampai Rp 1.500 per kilogram -- menurut perhitungan Wardijasa, modal akan kembali sekitar enam tahun, sejak produksi pertama dilempar ke pasar. "Dengan adanya kepastian pasar dalam negeri, maka hasil penjualan itu sudah mampu menutup biaya operasional. Sedangkan pasaran ekspor terhitung sebagai keuntungan," katanya. Prospek pabrik asam semut pertama di Asia Tenggara ini: cukup cerah. Kabarnya, Muanthai berniat untuk menjadi mitra usaha dengan membeli sebagian saham. Kemauan negara tetangga itu tentu merupakan angin segar bagi Pupuk Kujang karena dari sini bisa diarahkan untuk mewujudkan Asean Industrian Joint Venture, yang selanjutnya akan menciptakan iklim preventive trade. "Artinya, tidak bakal ada pabrik asam formiat di kawasan Asia Tenggara selain di Indonesia," kata dirut yang baru bertugas dua tahun itu, dalam suara agak serak. Diakuinya, produk asam formiat akan merupakan income baru bagi Pupuk Kujang. Perusahaan BUMN yang beroperasi secara komersial sembilan tahun lalu itu, selama ini telah memproduksi urea, amonia, dan karung plastik. Malah sekitar 11% dari total ekspor urea nasional dihasilkan oleh Pupuk Kujang. Menurut Wardijasa, selain asam formiat, proyek lain yang sudah dipersiapkan adalah proyek amonium nitrat -- untuk bahan peledak, dan hidrogen feroksida -- untuk industri kertas dan tekstil. Total proyek yang sudah dipersiapkan akan menelan investasi sekitar US$ 214,2 juta. Gatot Triyanto dan Yenny R.S. (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus