Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Manggi Habir
*) Kontributor Tempo
ADA semacam keraguan terhadap globalisasi. Di mana-mana, dan terutama di negara-negara maju, banyak yang berpikir tren ini akan pudar.
Sebuah gejala yang tak mengherankan bila kita melihat keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan memanasnya kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat, ketika kedua calon utamanya menolak perjanjian perdagangan bebas seperti Trans-Pacific Partnership (TPP). Juga sulitnya negosiasi perjanjian perdagangan antara Kanada dan Uni Eropa (CETA), pekan lalu.
Di Amerika, jurang antara si kaya dan si miskin melebar. Jumlah penganggur meningkat dengan pindahnya beberapa industri dasar ke negara-negara berkembang yang upah buruhnya lebih rendah. Migrasi penduduk ke utara dari Amerika Tengah dan Selatan menambah rumit persoalan.
Di Eropa, tren pengangguran juga terjadi dengan membanjirnya pekerja dari Eropa Timur ke Barat. Situasi makin pelik dengan masuknya pengungsi dari Timur Tengah, seperti Suriah, dan Afrika Utara, seperti Libya, yang kocar-kacir akibat perang.
Dua isu ini, pengangguran dan imigrasi, menjadi dua topik utama kampanye pemilihan umum di negara-negara yang memasuki masa pergantian pemerintahnya. Ada calon semacam Donald Trump, yang ingin populer dengan menjanjikan pembatasan perpindahan penduduk asing dan menolak atau meninjau kembali perjanjian perdagangan luar negeri. Tujuannya melindungi industri dalam negeri dan mengurangi penganggur. Tapi bahkan pesaingnya, Hillary Clinton, juga berjanji meninjau kembali perdagangan bebas TPP yang sudah disetujui Presiden Barack Obama demi mengurangi penganggur.
Siapa pun yang terpilih nanti, tren globalisasi berupa perdagangan dan perpindahan penduduk yang bebas tampaknya akan lebih tersaring. Tapi apakah tren ini akan menghilang? Rasanya tidak. Semua negara sudah merasakan keuntungan dengan bebasnya arus barang dan pekerja, berupa perbaikan pertumbuhan ekonomi dan pengalihan teknologi.
Imigrasi memang mengubah tatanan pekerja di negara maju. Pengangguran bertambah di sektor yang produksinya berpindah ke negara berkembang. Sebaliknya, di sektor lain, seperti teknologi informasi dan kesehatan, lowongan pekerjaan meningkat cukup tajam.
Masalahnya, tak semua penganggur baru bisa terserap di sektor yang membutuhkan keahlian dan kualifikasi berbeda. Tantangannya adalah membuat transisi dan pelatihan ulang dari pekerja pabrik yang teknologinya sederhana untuk naik ke bidang yang lebih canggih. Semua proses ini membutuhkan biaya dan waktu tak sebentar, dengan beragam komplikasinya.
Ada pula pandangan yang beranggapan penyebab utama pengangguran saat ini adalah kemajuan teknologi itu. Banyak pekerjaan hilang karena mekanisasi, misalnya.
Lalu apa pengaruh semua ini bagi kita di Indonesia? Pertama-tama, pembatasan imigrasi dan perdagangan seharusnya akan terbatas pada sektor tertentu dan bersifat sementara. Jadi dampaknya tak akan terlalu beda dengan kelesuan perdagangan global yang kita alami saat ini. Lagi pula perjanjian perdagangan bebas TPP yang hendak kita ikuti belum efektif berlaku.
Justru inilah kesempatan kita menarik investasi serta pabrik-pabrik dari negara yang upah buruhnya mahal dan industrinya bergerak ke teknologi lebih tinggi. Di sini kita perlu meningkatkan kapasitas dan produktivitas pekerja serta menyiapkan infrastruktur agar setidaknya menyamai negara-negara pesaing. Dengan berbagai kemudahan melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN, semestinya kawasan ini bisa menjadi mata rantai produksi beberapa sektor utama, seperti industri otomotif.
KURS | |
Pekan lalu | 12.999 |
Rp per US$ | 13.027 |
Penutupan 27 Oktober 2016 |
IHSG | |
Pekan lalu | 5.403 |
5.416 | |
Penutupan 27 Oktober 2016 |
INFLASI | |
Bulan sebelumnya | 2,79% |
3,07% | |
September 2016 YoY |
BI 7-DAY REPO RATE | |
4,75% | |
20 Oktober 2016 |
CADANGAN DEVISA | |
31 Agustus 2016 | US$ miliar 113,538 |
Miliar US$ | 115,671 |
30 September 2016 |
PERTUMBUHAN PDB | |
2015 | 4,73% |
5,3% | |
Target 2016 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo