Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Terpuruk di Kandang

26 Maret 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kegelapan tengah menyelimuti Proton. Kinerja perusahaan mobil Malaysia ini terus merosot belakangan ini. Tahun lalu, angka penjualan Proton menukik hampir sepertiga dari 166.118 unit menjadi 115.538 unit. Pangsa pasarnya pun menyusut tinggal 37 persen, dibanding 60 persen pada 2002. Pendapatannya bahkan anjlok lebih dari separuh menjadi RM 962,3 juta atau Rp 2,5 triliun. Pemasukan itu merupakan yang terendah dalam tujuh tahun terakhir.

Semua itu terjadi setelah Malaysia memangkas bea impor kendaraan bermotor dari 60 persen menjadi 5 persen pada Februari tahun lalu. Kebijakan itu tak terelakkan karena semua negara Asia Tenggara sepakat menerapkan zona perdagangan bebas untuk mobil. Sejak itulah mobil Jepang buatan Indonesia dan Thailand membanjir masuk. Kereta Malaysia yang biasa dimanja proteksi itu kewalahan menghadapi persaingan.

Di tengah kemerosotan itu, pemerintah Malaysia di bawah Perdana Menteri Ahmad Badawi tak juga bersedia mengulurkan tangan. Pemerintah yang memiliki 51 persen saham Proton malah terkesan membiarkan Proton bertarung di pasar yang sangat kompetitif. ”Proton tak boleh lagi menyusu seperti bayi,” kata Badawi. Ia malah mempersilakan Proton mencari mitra strategis agar bisa bertahan.

Untuk memastikan kebijakan baru itu berjalan, pemerintah Malaysia mencopot Direktur Eksekutif Proton Tengku Mahalel, yang merupakan anak emas bekas Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Tak ayal, kebijakan Badawi membuat Mahathir, yang membidani kelahiran Proton, uring-uringan. Ia secara terbuka menuduh Badawi hendak ”membunuh” perusahaan otomotif yang disebutnya sebagai kebanggaan Malaysia itu. Toh, Badawi jalan terus.

Zaman memang sudah berubah. Proton harus bisa hidup di atas kekuatannya sendiri. Mahathir sebetulnya sudah mencoba menyelamatkan Proton. Tapi upayanya masih belum berhasil. Tahun lalu, ia menyarankan Proton segera menggandeng investor. Sebetulnya ada tiga perusahaan lokal yang berminat, yaitu DRB-HICOM, Naza Group, dan Mofaz Group, tapi Mahathir berkukuh menggandeng perusahaan mobil asing.

Maka masuklah Volkswagen dan PSA Peugeot Citroen mengajukan lamaran. Volkswagen lebih serius dan mengincar 51 persen saham proton agar bisa mengambil alih fasilitas produksinya yang ditaksir bernilai RM 900 juta atau Rp 2,3 triliun. ”Bagi kami sangat penting untuk tetap bisa mengatakan mobil ini dibuat oleh Volkswagen,” kata Kevin Rose, direktur penjualan internasional perusahaan mobil Jerman itu.

Sayang, masa penjajakan Proton-Volkswagen berakhir tak bahagia. Pertengahan Januari lalu Volkswagen mundur. Khazanah, yang menjadi pemegang saham Proton, ternyata tak mau melepas golden share-nya. Dengan memiliki saham emas itu, Khazanah masih punya hak memveto kebijakan manajemen baru. Jika demikian halnya, percuma saja VW menguasai mayoritas saham Proton.

Kini Proton harus mulai lagi mencari pasangan baru. Badawi menentukan tenggat, mitra strategis itu harus sudah digandeng sebelum April tahun ini. Jam pun terus berdetak nyaring di telinga Mahathir.

Retno Sulistyowati (Bloomberg)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus