GAS alam, yang selama ini terbuang di Desa Gantar, Indramayu (Jawa Barat), kini oleh Pertamina akan disulap jadi rupiah. Di situ sebuah stasiun pengumpul gas baru saja selesai dibangun oleh Pertamina, dan mulai dioperasikan 20 Mei silam. Menelan investasi Rp 5 milyar, stasiun itu mampu menangkap 15 sampai 20 juta kaki kubik gas dan 60 barel kondensat setiap hari. Menurut juru bicara Unit Eksplorasi Pertamina III di Cirebon, Toto Soeparto, gas hidrogen tadi akan dipasarkan seharga US$ 1 per kaki kubik. Ini berarti, tiap hari Pertamina Cirebon setidaknya akan menerima sekitar US$ 20 juta. Namun, gas hidrogen itu tidak akan diekspor. Pasar dalam negeri tersedia, misalnya PT Krakatau Steel, PT Semen Cibinong, PT Pupuk Kujang, dan Perusahaan Gas Negara yang akan menjual gas itu kepada masyarakat. Total daya serapnya setiap tahun: 286,63 juta kaki kubik gas. Anehnya, Pertamina tidak bisa meraup untung dari gas itu. Mengapa? Menurut Toto, harganya hanya cukup untuk menutup biaya investasi dan operasi. Sedang Pertamina cuma memperoleh hasil ikutan berupa kondensat. Ini pun akan dikonsumsi Pertamina sendiri. "Kondensat ini tak bisa dijual karena tidak memenuhi standar," Toto menjelaskan. "Tapi bisa digunakan sebagai pencair minyak berat yang masih tercampur aspal, sehingga mudah dialirkan melalui pipa."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini