Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Tim Penyelam Sriwijaya Air SJ 182: Kondisinya Mirip Lion Air

Puluhan tim penyelam Basarnas melanjutkan pencarian korban penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

11 Januari 2021 | 21.28 WIB

Bagian pesawat dan suasana evaluasi korban Sriwijaya Air SJ182 di KN SAR WISNU milik Basarnas di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin, 11 Januari 2021. Tempo/Fajar Pebrianto
Perbesar
Bagian pesawat dan suasana evaluasi korban Sriwijaya Air SJ182 di KN SAR WISNU milik Basarnas di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin, 11 Januari 2021. Tempo/Fajar Pebrianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan tim penyelam di bawah Badan SAR Nasional (Basarnas) melanjutkan pencarian korban penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Menurut salah satu anggota penyelam, Bayu Wardoyo, hasil temuan mereka untuk puing pesawat saat ini identik dengan kejadian jatuhnya pesawat Lion Air JT610 dua tahun lalu, pada Oktober 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Kondisinya boleh dibilang sangat mirip dengan Lion Air," kata Bayu yang merupakan anggota Indonesia Divers Rescue Team (IDRT) ini saat ditemui di KN SAR WISNU milik Basarnas di lokasi evakuasi, perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, pada Senin, 11 Januari 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya, pesawat Boeing 737-500 milik Sriwijaya Air jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu siang, 9 Januari 2021. Pesawat ini membawa 62 penumpang termasuk kru, terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, Banten, menuju Pontianak, Jakarta Barat.

Bayu mengatakan bahwa kesamaan tersebut salah satunya karena puing pesawat yang ditemukan sudah terpisah dalam bagian yang kecil-kecil. Lalu, hasil temuan ini didapat pada kedalaman 20 meter. Ini lebih dangkal dari Lion Air yang sekitar 30 meter.

Bayu Wardoyo, anggota Indonesia Divers Rescue Team (IDRT) yang menjadi salah satu tim penyelam untuk evakuasi korban pesawat Sriwijaya Air SJ182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin, 11 Januari 2021. Tempo/Fajar Pebrianto

Bayu menduga, kesamaan kondisi ini terjadi karena lokasi jatuhnya Sriwijaya Air tidak terlalu jauh dengan Lion Air. Sriwijaya di arah barat di perairan Kepulauan Seribu, dan Lion Air di perairan Karawang, Jawa Barat.

Kondisi yang berbeda, kata Bayu, terjadi saat jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501 pada 30 Desember 2014. Saat itu, pesawat jatuh di Laut Jawa, sekitar Selat Karimata. "Waktu Air Asia potongan pesawat jauh lebih utuh," kata dia

Bayu mengetahui perbedaan ini karena sudah menjadi tim penyelam di tiga kejadian tersebut. Kejadian pada pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ini, adalah kali ketiga bagi Bayu menjadi tim penyelam membantu Basarnas.

Fajar Pebrianto

Meliput isu-isu hukum, korupsi, dan kriminal. Lulus dari Universitas Bakrie pada 2017. Sambil memimpin majalah kampus "Basmala", bergabung dengan Tempo sebagai wartawan magang pada 2015. Mengikuti Indo-Pacific Business Journalism and Training Forum 2019 di Thailand.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus