Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior dari Universitas Gadjah Mada A. Tony Prasetiantono meninggal dunia sekitar pukul 23.30 WIB pada Rabu malam, 16 Januari 2019 di Jakarta. Ia diduga kuat meninggal akibat serangan jantung, penyakit yang sudah cukup lama dideritanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keponakan Tony, Fery Kurniawan, menuturkan, almarhum di mata keluarga merupakan sosok yang supel, hangat, serta mudah bergaul dengan siapa saja. “Beliau orangnya easy going pada siapa saja,” ujar Fery ditemui Tempo di rumah duka di komplek Perumahan Pesona Merapi Yogya, Kamis, 17 Januari 2019.
Namun ekonom yang merupakan perintis promotor konser musik Jazz UGM itu oleh keluarga juga dikenal sebagai penggila berbagai macam sate. Terutama sate kambing klatak khas Yogya. Hanya saja karena di usia tuanya sudah memiliki riwayat penyakit jantung, kebiasaan Tony menikmati sate kegemarannya belakangan ini lebih terukur.
Selain itu kebiasaan Tony yang sangat membekas di keluarga yakni kebiasaannya saat membaca koran. Meski analisa ekonominya sering mewarnai media massa, namun jika memegang koran, halaman pertama yang dibaca Tony adalah berita olahraga yang biasanya ada di halaman belakang. “Beliau kalau baca koran selalu dibalik, dari halaman belakang baru ke depan,” ujar Fery.
Semasa muda Tony memang penggila sepakbola dan basket. Namun seiring bertambahnya umur dan fisik tak memungkinkan, ia lebih kerap menonton acara siaran pertandingan basket NBA.
Tony merupakan pengajar di Fakultas Ekonomika Bisnis UGM sejak tahun 1986. Sebelumnya ia merupakan Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik di UGM sejak 2009.
Pria kelahiran Muntilan itu semasa menjadi pengajar, dikenal sebagai pengamat ekonomi handal. Ia kerap menjadi narasumber dalam mengulas berbagai isu ekonomi nasional dan menganalisis soal perkembangan ekonomi dunia.
Selain dikenal sebagai pengajar, Tony juga masih menjabat sebagai Komisaris Independen PT Bank Permata Tbk sejak 2011. Ia pernah menjadi Komisaris Independen PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Di kegiatan riset di kampus, jabatannya sebagai Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM, Faculty Member Bank Indonesia Institute.
Sebelum meninggal, Tony masih sempat menuangkan tulisan analisis ekonominya yang berjudul Masih Ada Ruang yang diterbitkan di Harian Kompas, 8 Januari 2019 lalu. Dalam artikel terakhirnya itu ia menulis, “Tidak satu pun di antara kita yang tidak menyadari, bahwa perekonomian 2019 masih akan tetap sulit. Jalan masih terjal. Ibarat lorong gelap, banyak hal yang tetap belum ketahuan ujungnya. Perekonomian global masih dicekam ketidakpastian. Perang dagang AS-China belum reda; suku bunga AS masih berpotensi naik; harga minyak dunia belum stabil. Namun, apakah semua ini akan berujung pada pesimisme perekonomian Indonesia ? Saya rasa tidak. Masih ada ruang bagi kita untuk bergerak,” katanya.
Simak berita terkait Tony Prasetiantono lainnya di Tempo.co.