Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan demografi pemilih, sebanyak 30 persen di antaranya adalah generasi milenial atau generasi Y yang kini berumur 21 sampai 38 tahun. Pendekatan untuk generasi milenial dan usia yang lebih muda berbeda dari generasi sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga:
Innisfree dan Jay Park Ajak Generasi Milenial Peduli Lingkungan
Generasi X Dominasi Peran Kepemimpinan, Juara Dibanding Milenial?
Praktisi media sosial, Nukhman Lutfie mengatakan generasi milenial punya cara yang berbeda dalam mengkonsumsi media. Mereka tak bisa lepas dari internet dan ponsel sepanjang hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Generasi milenial juga sangat jarang mengkonsumsi media konvensional, seperti membaca koran atau menonton televisi. "Segala macam komunikasi melalui media konvensional kurang tersampaikan kepada generasi milenial," kata Nukman Luthfie kepada Tempo, Rabu 28 Juni 2018.
Emil Dardak/Instagram
Karena itu, dia melanjutkan, media sosial menjadi saluran yang tepat bagi generasi milenial untuk mendapatkan berbagai informasi. Calon wakil gubernur Jawa Timur, Emil Dardak contohnya. Dia aktif mengunggah kegiatan atau program pemerintah yang sedang berjalan melalui akun media sosialnya. "Istri Emil Dardak, Arumi Bachsin juga sangat aktif di media sosial," kata dia. Cara ini menjadi salah satu poin tambah untuk mendongkrak pamor Emil Dardak agar dikenal oleh generasi milenial.
Ketika para politikus telah menggunakan medium yang tepat, Nukman Luthfie melanjutkan, langkah berikutnya adalah menerapkan teknik berkomunikasi yang tepat. "Pertama medianya, dan kedua cara berkomunikasinya adalah kombinasi yang lengkap. Pemanfaatan media sosial itu targetnya anak muda. Jadi, dengan menggunakan bahasa yang lebih kasual tentunya akan lebih menarik perhatian anak muda," ucap Nukman.
Unggahan Insta Story Ridwan Kamil. Instagram.com
Dia mencontohkan strategi yang digunakan calon gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Suami dari Atalia Praratya ini sering mengangkat tema yang sedang ramai di kalangan anak muda, misalnya jomblo, malam minggu, rindu, dan sejenisnya kemudian memvisualisasikan kontennya dengan cara yang disukai generasi milenial. Intinya, Lukman Luthfie melanjutkan, menarik perhatian generasi milenial tidak bisa menggunakan kampanye secara langsung.