Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) berjanji akan mengganti kerugian yang timbul akibat tumpahan minyak dari anjungan YYA-1 di Blok Offshore North West Java (ONWJ) yang mencemari sekitar perairan Karawang, Jawa Barat. Namun saat ini penghentian semburan dan pengendalian dampak terhadap masyarakat masih menjadi prioritas utama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut juru bicara Pertamina, Fajriyah Usman, perusahaan telah membuka posko di Karawang untuk menampung aduan masyarakat. "Di sana ada pendataan masyarakat yang merasa dirugikan atas peristiwa ini," kata dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menuturkan perusahaan masih berfokus membereskan tumpahan minyak di sumur yang diproyeksi mampu memproduksi minyak sebanyak 3.000 barel per hari dan 23 juta kaki kubik gas. Pertamina akan menutup permanen sumur YYA-1 dengan menginjeksikan semen dengan mengebor relief well melalui rig Suhana. Proses ini diperkirakan membutuhkan waktu 10 pekan terhitung sejak penetapan kondisi keadaan darurat pada 15 Juli lalu.
Pertamina juga mendatangkan tim Boot and Coots, perusahaan asal Houston, Amerika Serikat, untuk membantu menyelesaikan tumpahan minyak. Perusahaan itu berpengalaman dalam menyelesaikan tumpahan minyak di Teluk Meksiko.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan desa-desa yang terkena dampak tumpahan minyak dari Pertamina adalah Desa Pakis di Kecamatan Pakisjaya, Desa Sedari di Kecamatan Cibuaya, dan Desa Tampaksari di Kecamatan Tirtajaya. Menurut dia, kerugian dari tumpahan minyak bukan hanya ekonomi karena nelayan tidak melaut, tapi juga kerusakan ekosistem. "Kami belum tahu kerugiannya berapa," ujar Susi di Demak, Jawa Tengah.
Tumpahan minyak dari anjungan YY pertama kali terdeteksi pada 12 Juli lalu pukul 01.30 WIB. Saat sedang dilakukan kegiatan re-perforasi di sumur, muncul gelembung gas. Tiga hari kemudian PHE ONWJ melaporkan keadaan darurat kepada SKK Migas serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Pada 17 Juli lalu, tumpahan minyak mulai terlihat di sekitar anjungan. Minyak mulai menyebar hingga ke arah pantai atau 2 kilometer dari garis pantai Kawarang sehari setelahnya.
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto, mengatakan terdapat dua desa di Kabupaten Bekasi dan delapan desa di Kabupaten Karawang yang terkena dampak tumpahan minyak hingga Senin lalu. "Ada tujuh pantai juga yang terkena dampak," ujarnya. Data itu ia peroleh dari laporan tim khusus Incident Management Team Pertamina.
Koordinator Jatam Nasional, Merah Joniansyah, mengingatkan Pertamina untuk menjamin keselamatan masyarakat yang membantu penanganan tumpahan minyak. "Pelibatan masyarakat tanpa perlengkapan yang memenuhi syarat dari sisi medis bersifat menambah masalah baru yang sangat sulit untuk dipertanggungjawabkan," katanya.
Direktur Eksekutif Walhi Jawa Barat, Meiki Paendong, menyatakan tumpahan minyak di perairan dan pantai Karawang mengancam sumber-sumber kehidupan dan keberlanjutan layanan alam. "Pertamina harus tuntas dalam melakukan upaya pemulihan ekosistem laut, pantai, dan mangrove yang terkena dampak tumpahan minyak," ujarnya.
VINDRY FLORENTIN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo