PASAR modal era 1990 tampaknya bakal diretas oleh anak perusahaan kelompok Bakrie & Brothers. PT United Sumatera Plantation (USC), Kamis pekan lalu, telah mendapat lampu hijau dari Bapepam untuk go public. Menurut juru bicara Bakrie Group, Sidharta, USC akan menjual 11,3 juta lembar saham atau 30% dari total saham PT USC yang berjumlah 37 juta lembar. Saham-saham itu akan dijual di pasar perdana mulai 23 Januari 1990. PT Danareksa bertindak sebagai penjamin saham USC, dengan harga Rp 10.700 per lembar. Hasilnya, sekitar 120 milyar, antara lain akan dipakai untuk membangun perkebunan kelapa sawit seluas 50.000 ha di Kalimantan Timur. Kemahalan? "Perlu Anda ketahui, USC adalah anak perusahaan Bakrie yang paling menguntungkan. Dulu, sebelum Bakrie Brothers go public, sekitar 35% penghasilan berasal dari PT USC," ujar Sidharta. Sayang sekali, ia belum bisa memberikan prospektus PT USC, yang dewasa ini mengelola perkebunan karet seluas 22.500 ha di Kisaran, Sumatera Utara. Di bawah manajemen trio Dirut Nuchman Alim Nasution, S.H., Direktur Operasi Moch. Kosnihadi, dan Direktur Keuangan J.B. Siwabessy, USC dinilai efisien. "Setiap hektar kebun menghasilkan 1.747 kg karet kering," kata Sidharta. Konglomerat Bakrie kini terdiri dari dua kelompok. Kesatu, Bakrie & Brothers sebagai holding company dari lima perusahaan baja kedua, Bakrie Nusantara, yang merupakan induk dari belasan perusahaan yang bergerak di sektor agribisnis, pertambangan, industri, elektronik, dan jasa keuangan. Saham-saham PT Bakrie & Brothers, yang dulu dijual di pasar perdana dengan harga Rp 7.975 per lembar, sampai pekan lalu belum pernah jatuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini