Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pedagang mengeluh sulit mendapatkan pasokan beras Bulog.
Sejak April 2023, Bulog memilih menjual beras langsung ke konsumen.
Badan Pangan meminta Bulog segera banjiri pasar dengan cadangan beras pemerintah.
SUDAH hampir dua bulan Amran tak mendapat pasokan beras murah dari Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk dijual di kiosnya. Pedagang beras eceran di Kota Bogor itu mengatakan beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) kian sulit diperoleh.
Ia tak tahu mengapa beras itu langka. Dulu, Amran biasa membeli beras tersebut sekitar Rp 9.500 per kilogram dan menjualnya kembali ke konsumen di harga Rp 9.500 per liter. "Terakhir, saya beli Rp 11.800 per kilogram, itu pun sudah lama," ujar dia kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengurus Pasar Citeureup Bogor, Kuncoro, juga menyatakan bahwa beras yang merupakan stok pemerintah itu tak pernah sampai ke pasar yang ia kelola. Ia hanya mendengar kabar bahwa beras tersebut disalurkan ke beberapa pasar di sekitar Jakarta yang mengalami kesulitan beras. "Saat ini mayoritas pedagang menjual beras yang mereka dapatkan dari penyuplai mereka, baik premium maupun medium."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kuncoro sebetulnya berharap beras SPHP bisa masuk ke pasarnya agar para pedagang di sana bisa mendapat pasokan beras murah dari pemerintah untuk dijual kembali kepada masyarakat. Saat ini, sebagian besar pedagang di Pasar Citeureup sudah kesulitan mendapat beras di bawah Rp 12 ribu per kilogram setelah harga komoditas itu meroket. Padahal beras dengan harga terjangkau tersebut kini dicari-cari oleh masyarakat.
Gudang beras Perum Bulog di Jakarta, 11 September 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Sementara itu, di Pasar Legi Solo, Jawa Tengah, beras SPHP mengucur ke pasar, tapi tidak semua pedagang bisa mendapat pasokannya. Ngatinem, salah seorang pedagang di sana, mengatakan saat ini hanya ada belasan pedagang yang menjadi mitra Bulog dan menjual beras cadangan pemerintah tersebut. Ia adalah salah satunya.
Namun, kata Ngatinem, para pedagang mitra Bulog itu pun tidak mudah mendapatkan pasokan beras tersebut. "Saya tidak bisa order atau pesan langsung dari Bulog, melainkan menunggu diantar ke kios. Setidaknya seminggu sekali," ujar dia. Dua pekan terakhir, Bulog mengantarkan beras tersebut sebanyak dua kali dalam sepekan, yakni setiap Selasa dan Sabtu.
Padahal, kata dia, beras Bulog biasanya menjadi buruan masyarakat karena harganya yang lebih terjangkau ketimbang merek lainnya. Karena itu, tak butuh waktu lama pasokan itu ludes setelah diantarkan ke kiosnya. Biasanya, dalam satu kali pengiriman, pedagang mendapat 40 sak beras dalam kemasan retail 5 kilogram.
Di Makassar, kondisinya mirip dengan di Bogor. Seorang pedagang eceran beras di Pasar Tradisional Panakkukang Makassar, Baharudin, bahkan sudah lupa kapan terakhir mendapat pasokan beras dari Bulog. “Tidak ada saya jual beras Bulog, sudah lama,” ucap Baharudin. Ia mengatakan selama ini pasokan ke kiosnya didatangkan dari para petani di Kabupaten Sidrap.
Kepala Perum Bulog Wilayah Sulawesi Selatan dan Barat, Imron Rosidi, mengatakan pasokan beras SPHP memang dibatasi. Jumlahnya 1-2 ton setiap pekan. Ia menyatakan akan mengevaluasi penyaluran beras ke pedagang eceran di pasar-pasar tradisional.
Beras SPHP belakangan menjadi andalan pemerintah untuk memenuhi permintaan beras murah dari masyarakat. Beras tersebut dibanderol Rp 47 ribu untuk kemasan 5 kilogram. Artinya, harga beras tersebut hanya Rp 9.400 per kilogram. Harga ini jauh di bawah harga rata-rata beras medium di tingkat pedagang eceran yang mencapai Rp 12.740 per kilogram pada 12 September 2023.
Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Bulog, Mokhamad Suyamto, mengatakan perseroan sejak April 2023 memang mengubah strategi penyaluran beras SPHP, dari yang sebelumnya disalurkan ke agen atau pasar induk beras menjadi penyaluran melalui pengecer langsung ke konsumen dan pasar murah. Beras tersebut dijual dalam kemasan retail 5 kilogram dan 10 kilogram.
"Ini supaya Bulog lebih mudah mengawasi," ujar Suyamto. Ia mengatakan para pedagang, khususnya yang berdagang di pasar, bisa menghubungi kantor cabang Bulog untuk bisa menjadi pengecer beras SPHP. "Tidak ada persyaratan khusus, yang penting punya kios untuk jualan beras."
Tak Mempengaruhi Harga
Skema penjualan beras SPHP oleh Bulog itu dipersoalkan Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia, Mudjiburrohman. Ia mengatakan skema itu tak dirasakan langsung oleh sebagian besar pedagang pasar. Akibatnya, keberadaan stok itu pun tidak terasa dampaknya terhadap harga di pasar. "Tidak berdampak ke penurunan harga," ujarnya.
Perubahan skema juga membuat pasokan ke pasar berkurang drastis. Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Zulkifli Rasyid, mengatakan hal itu terlihat dari nihilnya pasokan beras ke Cipinang. Akibatnya, pedagang di pasar induk hanya bisa mengandalkan pasokan dari penyalur dari berbagai daerah. Namun pasokan itu tidak sebanyak permintaan beras Bulog sehingga harga beras pun terus menanjak.
Zulkifli mengatakan satu-satunya cara untuk mengerem kenaikan harga adalah mengisi pasar dengan operasi pasar beras curah. "Bukan secara retail dengan kemasan 5 kilogram dan 10 kilogram. Untuk menurunkan harga beras memang harus ke pasar. Sebab, PIBC ini barometer pasar seluruh Indonesia," ujarnya.
Atas kondisi tersebut, Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, mengatakan telah meminta Perum Bulog menyalurkan kembali beras ke Pasar Induk Beras Cipinang mulai besok. Menurut dia, langkah ini sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo setelah meninjau stok beras beberapa waktu lalu. "Presiden memerintahkan isi semua pasar, termasuk Pasar Induk Beras Cipinang," kata Arief.
Untuk mempercepat penyaluran, kata dia, 50 distributor akan membantu mendistribusikan beras tersebut ke sejumlah pasar. Salah satu distributornya adalah BUMN DKI Jakarta, Food Station. Arief mengatakan penyaluran ke pasar tersebut akan menggunakan kemasan 50 kilogram. "Semua pasar akan diisi dengan beras 50 kilogram."
Petugas memeriksa beras di Gudang Perum Bulog, Jakarta, 11 September 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Plus-Minus Operasi Pasar
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira, mengatakan operasi pasar ke pasar induk atau agen penjualan relatif lebih efektif ketimbang operasi pasar langsung ke konsumen. Musababnya, selama ini masalah yang mengerek harga beras adalah perkara pasokan.
Penyaluran beras Bulog ke pasar induk sejatinya telah memangkas banyak rantai distribusi. Apalagi Bulog memiliki batasan dalam penyaluran langsung ke konsumen. "Pedagang pasar juga harus dilibatkan asalkan pengawasan tetap dikendalikan oleh Bulog. Khawatir kalau berasnya langsung ke konsumen, pedagang malah menahan stok," kata dia.
Center of Reform on Economics Indonesia, Eliza Mardian, menilai operasi pasar langsung kepada masyarakat memang cukup memudahkan publik mendapat komoditas pangan dengan harga murah. Namun penyaluran langsung ke konsumen harus dilakukan dengan titik penyebaran yang lebih banyak. "Kalau ke pasar lagi, khawatir masyarakat sulit menjangkaunya," kata dia.
Hingga saat ini, menurut Eliza, titik penyaluran itu masih belum cukup banyak sehingga belum mampu menjangkau sebagian besar penduduk yang membutuhkan. Menurut dia, seharusnya pemerintah atau Bulog memetakan target konsumen yang memerlukan beras SPHP. Dengan demikian, penyaluran bisa lebih tepat sasaran.
"Misalnya, penduduk menengah ke bawah cenderung membeli kebutuhan pangan skala eceran kecil atau harian. Yang biasa dibeli di pasar tumpah, di tukang sayur keliling, ataupun di warung terdekat," ujarnya.
CAESAR AKBAR | MURTADHO (BOGOR) | SEPTHIA RYANTIE (SOLO) | DIDIT HARIYADI (MAKASSAR)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo