Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Keuangan atau Wamenkeu Suahasil Nazara mengatakan depresiasi atau pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bisa menguntungkan para eksportir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suahasil mengatakan para eksportir tidak menjual barang mereka dengan mata uang rupiah. Tapi mereka menjual dalam mata uang dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kalau rupiah lebih lemah, maka terima rupiahnya jadi lebih banyak," kata Suahasil dalam konferensi pers APBN Kita di Jakarta Pusat pada Rabu, 25 Oktober 2023.
Sebagai informasi, pada penutupan perdagangan Kamis, 26 Oktober 2023, rupiah melemah sebesar 50 poin atau 0,31 persen. Sehingga menjadi Rp 15.920 per dolar AS dari penutupan sebelumnya Rp 15.870 per dolar AS.
Sementara kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis juga melemah ke posisi Rp 15.933, dari sebelumnya Rp 15.871 per dolar AS.
Suahasil menyebut, jika barang yang diekspor itu buatan dalam negeri atau mayoritas inputnya dari domestik, ini akan menjadi penerimaan yang baik bagi para eksportir.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan rupiah dalam posisi yang relatif baik depresiasinya. Meski begitu, kata dia, orang Indonesia cenderung melihat nominal.
"Banyak mata uang yang melemah dibaidngkan dengan US dollar," ujar Sri Mulyani.
Dia mencontohkan, mata uang Filipina, Thailand hingga Malaysia juga mengalami depresiasi terhadap dolar. Ini karena dolar AS yang menguat.
"Dolar dengan interest yang tinggi, memang kita lihat DXY (indeks dolar AS) mengalami kenaikan 2,7 year to date," tutur dia.
AMELIA RAHIMA SARI | ANTARA