Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DATANG dari Hungaria, Roatex Ltd, melalui PT Roatex Indonesia Toll System (RITS), menawarkan teknologi transaksi nirsentuh di jalan tol yang disebut multi-lane free flow (MLFF). Proyek hasil kerja sama Indonesia dan Hungaria ini diperkirakan menelan investasi senilai US$ 300 juta yang dananya berasal dari pemerintah Hungaria. Sebagai gantinya, RITS bakal mendapat kontrak selama sembilan tahun untuk beroperasi di dalam negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Teknologi MLFF seharusnya sudah mulai diuji coba di Bali pada Juni lalu. Namun jadwalnya terpaksa mundur. "Kami berusaha keras, bersama pemerintah, untuk memastikan uji cobanya bisa berjalan pada tahun ini," ujar Direktur Utama RITS, Attila Keszeg, pada 5 Juli lalu. Kepada Tempo, Attila berbagi perkembangan persiapan uji coba MLFF. Berikut ini kutipan wawancaranya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa penyebab penundaan uji coba sistem multi-lane free flow?
Proyek ini memiliki target yang sangat ambisius sejak awal. Ini proyek yang rumit, sangat bergantung pada banyak pihak. Kami harus bekerja sama dengan Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri, misalnya, perihal pengumpulan basis data. Lalu, kami harus berbicara dengan para operator jalan tol untuk menggantikan gardu tol dengan gantry (tiang sensor yang dilengkapi kamera dan teknologi kecerdasan buatan). Kami pun perlu bekerja sama dengan pemerintah, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), untuk mempersiapkan regulasinya.
Jadi, banyak hal yang harus disiapkan dan banyak yang tidak bisa dikerjakan secara paralel. Beberapa hal perlu diselesaikan lebih dulu sebelum bisa memulai yang lain. Kami sudah melewatkan dua tenggat uji coba. Pertama, pada Desember tahun lalu, dan kedua adalah uji coba di Bali, Juni tahun ini. Kami hampir sampai, tapi memang masih perlu berkoordinasi dengan Kementerian PUPR dan BPJT untuk memastikan programnya benar-benar bisa dimulai.
Hal apa lagi yang perlu dipastikan?
Saat ini kami sedang menjalankan user acceptance test. Jika melihat persiapan dari sisi pengembangan perangkat lunak, sebenarnya sudah hampir siap. Saat ini sudah lebih dari 90 persen. Yang masih perlu perhatian adalah pemasangan gantry yang nanti berfungsi sebagai kamera pengawas. Kami butuh 400 unit, tapi sejauh ini baru memasang dua unit. Kami sudah menyelesaikan desainnya dan sudah mendapat kontraktor dari Indonesia untuk ini. Perlu ada koordinasi kuat antara operator jalan tol, BPJT, dan kami sendiri untuk mendapatkan izin pembangunan.
Faktor lain yang tidak bisa dilupakan adalah regulasi, salah satunya menyangkut mereka yang menggunakan jalan tol tanpa membayar. Apa yang akan dilakukan jika kendaraan melakukan itu. Bisa saja, misalnya, akan ada penerapan denda oleh Korlantas. Namun regulasi tersebut belum ada. Itulah sebabnya butuh kolaborasi lagi antara pemerintah, Bank Indonesia, dan penyedia jasa pembayaran. Jadi, beberapa hal sudah siap, beberapa hal lain masih dalam tahap pengembangan. Tapi saya pikir pemerintah mengetahui apa saja yang membutuhkan perhatian sekarang untuk mewujudkan MLFF.
Roatex Indonesia Attila Keszeg. Dok. Roatex
Jika uji coba dilakukan sekarang, kapan multi-lane free flow bisa digunakan di seluruh jalan tol?
Masih butuh waktu. Kalau kami mendapatkan izin pembangunan gantry sekarang, butuh 6-7 bulan untuk membangun 400 unit.
Bagaimana dampak penundaan proyek, terutama terhadap biaya investasi?
Sejujurnya, kami merasa proyek ini mendesak segera diimplementasikan. Pada satu sisi, pemerintah ingin menyelesaikannya secepat mungkin. Selain itu, biaya operasi bertambah. Kami berencana menambah jumlah karyawan. Ditambah dengan biaya sewa, bebannya semakin besar semakin lama proyek ini selesai. Tapi mundurnya uji coba dalam beberapa bulan ini masih bisa kami atasi.
Setelah teknologi transaksi nirsentuh ini diterapkan, dari mana sumber pendapatan RITS?
Saat ini seluruh pembiayaan datang pemerintah Hungaria. Tidak sepeser pun uang pemerintah Indonesia yang digunakan. Jika nanti pemerintah Indonesia mengatakan teknologi ini layak digunakan, kami mendapat service fee selama sembilan tahun. Selama periode itu, uang kami akan kembali.
Setelah itu?
Teknologi ini akan jadi properti milik pemerintah Indonesia. Kami memberikan kuncinya dan mengucapkan terima kasih banyak. Bye bye.
Apakah teknologi transaksi nirsentuh akan mendongkrak tarif jalan tol?
Operator jalan tol dan pemerintah yang berwenang mengatur harga. Sejauh yang saya pahami, pemerintah ingin tidak ada perubahan tarif dengan penggunaan teknologi ini. Kami tidak melihat ada alasan untuk mengubah tarifnya hanya karena teknologinya diganti.
Ada kekhawatiran soal hilangnya lapangan kerja setelah MLFF diterapkan. Bagaimana Anda menyikapinya?
Anda benar bahwa, ke depan, tidak akan ada lagi penjaga di gardu jalan tol seperti sekarang. Namun banyak kegiatan lain yang membutuhkan tenaga kerja di masa mendatang. Misalnya untuk pegawai pusat panggilan. Operator jalan tol juga bisa menyiapkan petugas untuk melayani pembelian tiket. Jadi, memang akan ada lapangan kerja yang ditutup, tapi 3-4 pekerjaan lainnya akan muncul.*
VINDRY FLORENTIN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo