MEMBUAT sentral telepon ternyata bukan perkara mudah. Hal ini dialami sendiri oleh PT Elektrindo Nusantara, salah satu anak perusahaan Bimantara. Selama tujuh tahun, bagian riset dan pengembangan di perusahaan ini telah melakukan penelitian yang menghabiskan US$ 7 juta. Hasilnya baru diuji coba pekan lalu, berupa sentral telepon digital kecil berkapasitas 1.000 satuan sambungan telepon (SST). STK 1000 -- demikian nama sentral telepon tersebut -- sudah dipasang di Cicalengka (Jawa Barat) dan Ubud, Bali. Tapi STK itu masing-masing baru mengoperasikan 500 SST. Menurut Ronald Korompis, wakil presiden direktur Elektrindo, STK 1000 memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Di Cicalengka, contohnya. Sebelum alat ini dipasang, dalam sebulan Telkom hanya memperoleh pendapatan ratarata Rp 1 juta. Kini, setelah produk Elektrindo itu dipasang, penghasilan Telkom dari daerah ini meningkat 13 kali lipat, menjadi Rp 13 juta sebulan. Hanya Ronald menyayangkan, PT Telkom belum memberikan tanggapan yang positif. Maksudnya, BUMN yang memonopoli bisnis telekomunikasi ini hingga sekarang belum memberikan order. Padahal, agar impas, paling tidak Elektrindo harus memperoleh order pembangunan sentral telepon untuk 200.000 SST.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini