GEDUNG kembar berwarna hijau kebiruan kini menjulang di jantung Kota Medan. Bangunan berlantai delapan seluas 21.000 m2 yang dirancang Enviro-Tec Singapura ini dikelola oleh PT Supra Uniland Utama (SUU), anak perusahaan PT Raja Garuda Mas (RGM) milik konglomerat Soekanto Tanoto. Namanya pun manis: Uni Plaza. Beralasan pula jika gedung itu diresmikan Menteri Keuangan Sumarlin, 1 Desember lalu. "Memang Uni Plaza sengaja dibangun untuk gedung pusat keuangan," kata Anwar Hanafie, direktur utama SUU, kepada TEMPO. Desainnya memang disesuaikan dengan kebutuhan bank, galeri, dan bursa efek. Tapi kini rencana membuka Bursa Efek Medan buyar, karena pasar modal lesu berkepanjangan. Uni Plaza sesungguhnya sudah beroperasi sejak Maret 1989, dan kini ruangannya yang terisi mencapai 55 persen. Selain untuk kantor RGM Group, ikut menyewa pihak IBM, Humpuss, Bank Credit Lyonais Indonesia, dan BRI. Tiga lantai teratas disewa PT Sarana Jasa Pratama untuk wadah kelompok eksekutif bernama Exchange Club. "Klub ini membikin Uni Plaza kian bergengsi," kata Hanafie. Tak heran, dari lima gedung perkantoran di Medan, 40 persen penyewa menempati Uni Plaza. Kelebihannya, semua lantai mempunyai tempat parkir. Juga tersedia 300-an nomor telepon, termasuk untuk percakapan internasional. Ada pula balai sidang yang tak dipunyai gedung perkantoran lain di Indonesia. Tarif sewa gedung ini US$ 15 per m2. Luas yang disewa minimum 60 m2 dengan kontrak minimal 3 tahun. Biaya yang agak mahal itu dimaksudkan untuk menangkal masuknya perusahaan avonturir. "Hingga kini baru perusahaan besar dari Jakarta yang berkantor di sini," kata humas RGM, Adil Sugiharto. Gedung berinvestasi Rp 30 milyar ini diperkirakan mencapai titik impas dalam 10 tahun, dengan tingkat hunian sekitar 85 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini