Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Yang Ramping yang Kuat

10 Oktober 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ibarat wanita, kabinet baru pimpinan Presiden Abdurrahman Wahid akan tampak sexy: ramping dan fungsional. Sejumlah departemen dihapuskan atau dilebur, sebagian lagi diturunkan derajatnya, tak lagi setingkat menteri. Departemen mana yang dihapus baru akan menjadi jelas setelah line-up kabinet diumumkan, kalau tak molor, pertengahan pekan ini.

Selain melebur departemen, presiden juga menghapus posisi menteri koordinator. Sejumlah lembaga, seperti Sesdalopbang dan Irjenbang, akan dilebur ke dalam Dewan Ekonomi Nasional yang sudah dibentuk akhir pekan lalu. Dewan inilah yang akan menjadi semacam perumus kebijakan dasar, tapi bukan pengambil keputusan.

Di balik perampingan itu, posisi sejumlah departemen akan sangat kuat. Salah satunya adalah Departemen Keuangan. Dengan posisi Bank Indonesia yang independen—tidak lagi di bawah presiden—pembagian tugas dengan Departemen Keuangan (Depkeu) makin jelas. BI hanya akan mengurus kebijakan moneter, sementara Depkeu kebagian kebijakan fiskal. Artinya, Depkeu dan BI akan menjadi sepasang pengawal kebijakan keuangan negara.

Yang lebih penting, lembaga-lembaga yang selama ini banyak membengkokkan tugas-tugas Depkeu dihapuskan atau diturunkan levelnya. Jabatan Kepala Bappenas, misalnya, tak akan lagi setingkat menteri. Urusan utang luar negeri pun akan dipusatkan di Depkeu.

Dengan posisi seperti itu, tugas penyusunan anggaran menjadi wewenang Depkeu sepenuhnya. Pendek kata, Depkeu tak lagi direcoki lembaga-lembaga semacam Sesdalopbang yang dibentuk Soeharto. Tak ada lagi inpres (instruksi presiden) yang nyelonong begitu saja.

Karena itu, posisi Menteri Keuangan menjadi sangat sentral. Presiden Dur tak bisa sembarangan menunjuk siapa yang bakal duduk di kursi Menteri Keuangan (Menkeu). Sejauh ini, ada sejumlah nama yang dinominasikan menjadi Menkeu, di antaranya Bambang Subianto dan Deputi Gubernur BI, Dono Iskandar Djojosubroto. Posisi Bambang kabarnya lebih baik ketimbang Dono.Selain Gus Dur pernah memuji Bambang, kabarnya ada bisik-bisik bahwa Widjojo Nitisastro berada di balik pencalonan doktor ekonomi industri lulusan the Catholic University of Leuven, Belgia, ini. Sementara itu, Dono bukanlah orang asing bagi Depkeu. Jabatan terakhir doktor lulusan Universitas Illinois di Depkeu ini adalah sebagai sekjen.

Posisi bidang ekonomi dan keuangan yang juga penting dan strategis adalah Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menprindag). Sejauh ini, ada dua kandidat yang sama-sama kuat, masing-masing Sri Mulyani Indrawati dan Kwik Kian Gie. Tapi, kabarnya, posisi Sri Mulyani lebih kuat karena ada dukungan dari penasihat ekonomi presiden, Widjojo. Doktor lulusan Universitas Illinois itu bahkan sering disebut generasi penerus Widjojo, yang juga arsitek ekonomi Orde Baru. Siapa pun yang akan jadi Menkeu atau Menperindag, tugas mereka sangat berat. Di pundak merekalah tugas pemulihan ekonomi diletakkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus