Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ustad Yusuf Mansur menjelaskan panjang lebar soal alasannya beberapa kali menyebutkan nama kode saham saat mengajak pengikutnya mencermati suatu perusahaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melalui postingan di Instagramnya, @yusufmansurnew, ia menyatakan sebab penyebutan nama saham semata-mata sebagai bentuk pembelajaran ke pada follower-nya yang kini mencapai 2,8 juta orang dan sekiranya butuh contoh riil. "Alasannya ya tetep butuh contoh. niat ngajar aja. dan contohnya jd riil," ucapnya, Rabu, 20 Januari 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia lalu mencontohkan pernah menyebutkan saham BCAP (PT MNC Kapital Tbk). Terkait hal itu Yusuf juga pernah menyebut MNC Group mempekerjakan kurang lebih 30 ribu orang.
Artinya, kata Yusuf, walaupun hanya 1 lot yang dimiliki, investor merupakan pemegang saham dan sama saja dengan telah memperkerjakan 30 ribu orang tersebut. "Ini jalan luar biasa yang diberi Allah. sehingga jika ada kebutuhan dan keperluan dari rizkinya Allah, tinggal doa aja. lalu berwasilah dg wasilah amal ngegaji sebanyak itu," ucapnya.
Yusuf kemudian menyebutkan pernah me-mention saham GIAA atau PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Ia beralasan dengan memberi contoh riil, akan ada gambaran ke pengikutnya bahwa bila orang memiliki saham perusahaan bisa turut menjalankan dan beramal lewat perusahaan tersebut.
"Kalo punya saham garuda? puluhan dan ratusan juta kali, orang diterbangin bulak balik dlm setaun... dengan berbagai keperluan, tujuan, dan kebaikannya... milik siapa amal ini? milik juga pemegang sahamnya," kata Yusuf.
Begitu juga ketika membicarakan proyek tol ataupun infrastruktur, Yusuf menyebutkan sejumlah perusahaan seperti Waskita Karya, Adhi Karya, Pembangunan Perumahan, dan lain-lain. Ia lalu mengilustrasikan dengan gambaran riil bahwa belum tentu seseorang bisa membelikan bensin 1 mobil untuk mengantar orang dan barang seharian.
Tapi dengan memiliki saham perusahaan yang menggarap proyek tol, menurut Yusuf, orang itu berarti sudah mengantarkan banyak orang berpergian dan membantu distribusi barang. "Bismillaah, dapat dah pahala dari jalan tol itu...," ucapnya.
Hal-hal tersebut yang disebutnya sebagai sudut pandang mansurmology. Yusuf Mansur pun menyatakan, dalam investasi saham tak melulu bicara soal fundamental perusahaan. "Bukan urusan, hehehe. gimana niatlah kalo saya mah," tuturnya. "Malah wkt garuda, saya blg, justru kalo kita niatnya bantu, ya bantu yang rugi, hehehe. tar Allah bikin untung."
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia angkat bicara mengenai tren 'influencer' saham oleh beberapa tokoh publik di media sosial, termasuk seperti yang kerap dilakukan Yusuf Mansur.
Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan portofolio saham yang didorong-dorong oleh tokoh publik belakangan ini sebagai fenomena baru seiring dengan meningkatnya transaksi dari investor ritel. “Di satu pihak kami menyambut positif influencer seperti mereka namun juga perlu mengingatkan mereka akan tanggung jawab moral untuk para pengikutnya,” katanya awal bulan ini.
Otoritas Bursa, ujar Laksono, juga akan mengingatkan para tokoh publik tersebut tentang potensi tuntutan hukum dari para pengikutnya apabila ada yang merasa dikecewakan. Untuk memastikan praktik perdagangan saham di pasar modal berjalan sesuai aturan, bursa juga akan mengajak para tokoh publik tersebut ikut Sekolah Pasar Modal (SPM) bagi yang belum pernah mengikuti.
Sebelumnya, sederet tokoh atau influencer ternama turut pom-pom atau merekomendasikan saham di akun media sosial, antara lain artis Raffi Ahmad, anak Presiden Joko Widodo Kaesang Pangarep hingga ustad Yusuf Mansur. Kehadiran mereka dengan mempromosikan membuat harga saham emiten tertentu tak jarang melejit.
RR ARIYANI | BISNIS