Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bahaya Zat Aditif Sodium Dehydroacetate pada Roti

Komisi Kesehatan Nasional Cina melarang penggunaan sodium dehydroacetate. Berisiko memicu alergi, gangguan pencernaan, hingga kanker. 

21 Juli 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pemerintah Cina melarang sodium dehydroacetate mulai 2025.

  • Bahan pengawet sodium ini efektif untuk menangkal bakteri dan mikroba.

  • Efek konsumsi bahan ini pada kesehatan cukup serius.

KOMISI Kesehatan Nasional Cina atau NHC merilis informasi penting pada 12 Maret 2024. Lembaga kesehatan di Cina itu menerbitkan 47 standar keamanan pangan nasional yang baru, di antaranya tentang penggunaan bahan tambahan makanan atau zat aditif

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengumuman itu juga memuat dua catatan penting dari ZMUni Compliance Centre, lembaga penyedia jasa laboratorium, standardisasi, dan penilaian asal Cina. Pengumuman pertama NHC adalah melarang penggunaan sodium dehydroacetate pada makanan yang dipanggang, produk roti, kue kering, kembang gula, dan produk pati. Yang kedua, NHC merilis standar keamanan pangan nasional GB 19644-2024 untuk susu bubuk dan susu bubuk modifikasi. “Aturan baru akan berlaku mulai 8 Februari 2025,” demikian pernyataan lembaga itu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sodium dehydroacetate atau SDHA yang juga sering disebut natrium dehydroacetate adalah zat aditif yang secara bertahap dikeluarkan dari daftar bahan tambahan makanan. Senyawa ini masuk jajaran bahan pengawet dengan rumus molekul Na(CH3 C5 HO(O 2 )(CH3)CO) atau C8H7NaO4. Ini adalah bentuk garam sodium dari asam dehidroasetat. 

Guru besar bidang ilmu dan teknologi pangan IPB University, Bogor, Jawa Barat, Sugiyono, mengatakan sodium dehydroacetate mampu menghambat pertumbuhan mikroba sehingga dapat mengawetkan produk. Bahkan senyawa ini memiliki efek pengawetan yang lebih kuat ketimbang bahan pengawet makanan yang sudah diizinkan mayoritas otoritas keamanan pangan di dunia. 

Menurut Sugiyono, keamanan penggunaan zat aditif ini pada makanan masih dipertanyakan. “Beberapa negara membatasi penggunaannya pada makanan,” katanya pada Kamis, 18 Juli 2024. Komisi Codex Alimentarius (CAC), lembaga internasional yang mengatur penggunaan zat aditif pada industri makanan, sejauh ini belum mengatur penggunaan sodium dehydroacetate sebagai bahan pengawet pada makanan. 

Dalam keterangannya pada 30 November 2022, ZMUni Compliance Centre menyatakan sodium dehydroacetate digunakan pada berbagai produk karena punya fungsi antibakteri dengan spektrum yang luas. Pada produk mi instan, kue kering, hingga daging yang diasinkan, bahan ini tidak pernah absen. Tapi sebenarnya senyawa ini lebih banyak digunakan pada kosmetik dan produk perawatan pribadi seperti sabun mandi gel, parfum, dan tabir surya. 

Sodium dehydroacetate pernah dianggap sebagai zat antibakteri dan bahan pengawet yang efektif karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur, bahkan pada konsentrasi yang sangat rendah. Bahan ini bekerja dengan menembus sel dan menghambat respirasi mikroorganisme, meskipun tidak serta-merta membunuh mikroorganisme yang tumbuh. 

Sama seperti Sugiyono, ZMUni Compliance Centre mengingatkan bahwa (CAC) dan Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) belum menyetujui asam dehidroasetat berikut garam natrium turunannya sebagai bahan tambahan makanan. Jepang juga mengurangi batas penggunaan yang diperbolehkan zat aditif ini saat merevisi standar bahan tambahan makanan berdasarkan Undang-Undang Sanitasi Makanan. 

Sedangkan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengizinkan penggunaannya sebagai bahan tambahan makanan, tapi dosis dan cakupan penggunaannya diatur ekstraketat. Zat aditif ini hanya boleh digunakan pada labu kupas dengan batas dosis 65 bagian per sejuta (ppm). Penambahan natrium dehidroasetat dosis tinggi dalam makanan dapat menimbulkan risiko kesehatan, dari alergi, gangguan pencernaan, hingga kanker.

Di Cina, para produsen harus menyesuaikan penggunaan bahan pengawet ini karena pemerintah negara itu memberlakukan standar keamanan pangan nasional yang baru pada 2025. Selain perhitungan potensi kenaikan biaya produksi, diperlukan peningkatan teknologi. Beberapa alternatif pengganti sodium dehydroacetate adalah kalium sorbat, natrium benzoat, atau natrium diasetat. 

Namun, menurut ZMUni Compliance Centre, setiap zat aditif tersebut memiliki kekurangan. Sebagai contoh, natrium diasetat memiliki bau menyengat. Sedangkan kalium sorbat memiliki kemampuan antimikroba yang terbatas di bawah ambang batas penambahan 0,075 gram per kilogram pada daging yang dimasak.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Bahan Terlarang di Banyak Negara"

Retno Sulistyowati

Retno Sulistyowati

Alumnus Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Bergabung dengan Tempo pada 2001 dengan meliput topik ekonomi, khususnya energi. Menjuarai pelbagai lomba penulisan artikel. Liputannya yang berdampak pada perubahan skema impor daging adalah investigasi "daging berjanggut" di Kementerian Pertanian.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus