Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengatakan pemerintah akan berhenti mengimpor beras mulai tahun depan. Kalaupun tetap impor, ia porsinya hanya akan sedikit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Catat nih. Menko Pangan ngomongnya begitu nanti kalau enggak tercapai kamu boleh marah sama saya,” ucap Zulhas usai Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Tingkat Menteri Bidang Pangan di Graha Mandiri, Jakarta, Kamis, 21 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Zulhas mengatakan pemerintah sedang bekerja keras untuk mewujudkan swasembada pangan yang targetnya dipercepat harus tercapai pada 2027. Dengan begitu, ia berharap pada waktu mendatang Presiden Prabowo Subianto dapat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 dengan gagah karena tak lagi mengimpor beras.
Adapun pertemuan Prabowo dengan Perdana Menteri India Narendra Modi di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil pada Senin, 18 November 2024, Zulhas mengatakan hanya melanjutkan impor beras dari penugasan yang sudah ditentukan untuk tahun ini.
Tahun ini, pemerintah menargetkan kuota impor beras sebesar 3,6 juta ton. Dari target itu, impor beras telah terealisasi sekitar 2,9 juta ton. Zulhas mengatakan sampai akhir tahun, masih akan ada tambahan beras impor yang masuk untuk memenuhi kuota itu.
“Dari sekian itu memang akan ada nanti 1 juta. Kalau bisa G2G dengan India. Tapi belum terjadi. India mintanya B2B. Jadi tidak ada impor beras baru, yang ada kemarin belum kelar,” kata Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi sebelumnya mengatakan ingin menghentikan impor beras mulai tahun depan. Hal itu seiring program cetak sawah yang sedang digeber Kementerian Pertanian.
“Ya kalau melihat cetak sawah, kemudian Pak Presiden Prabowo Subianto kan pengennya kita produksi dalam negeri. Ya jangan impor lah, impor itu untuk beras-beras khusus aja,” kata Arief kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa, 19 November 2024.
Arief mencontohkan beras-beras khusus yang dapat dikecualikan itu yakni beras basmati dan kao hom mali. Diimpor dari Vietnam dan Thailand, beras-beras itu umumnya diperuntukan untuk hotel dan restoran. Menurut Arief, banyak turis yang menyukai nasi dari jenis beras itu.
Namun, Arief mengatakan proporsi beras impor itu sangat kecil, yakni sekitar 20 ribu ton. Kalau Kementan menyampaikan lahan pertanian bertambah 750 ribu hektare dan produksi meningkat 2,5 juta ton, ia mengatakan pemerintah tak lagi perlu mengimpor beras.